Beras, biji-bijian yang berasal dari tanaman padi (Oryza sativa untuk varietas Asia dan Oryza glaberrima untuk varietas Afrika), adalah salah satu komoditas pertanian terpenting di dunia. Ia bukan hanya sekadar sumber karbohidrat, tetapi juga fondasi budaya, ekonomi, dan sosial bagi miliaran orang, terutama di Asia. Hampir di mana pun Anda bepergian di benua Asia, akan selalu ada beras sebagai bagian integral dari setiap hidangan, mencerminkan perannya yang tak tergantikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai makanan pokok bagi lebih dari separuh populasi dunia, beras memiliki sejarah panjang dan kaya, membentang ribuan tahun. Perjalanannya dari tanaman liar di rawa-rawa hingga menjadi biji-bijian yang dibudidayakan secara massal adalah kisah tentang adaptasi manusia, inovasi pertanian, dan penyebaran budaya. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal tentang beras, mulai dari sejarahnya, jenis-jenisnya, proses budidaya, nilai gizi, hingga perannya dalam budaya dan ekonomi global.
Kisah beras dimulai ribuan tahun lalu. Para arkeolog meyakini bahwa domestikasi padi pertama kali terjadi di lembah Sungai Yangtze, Tiongkok, sekitar 9.000 hingga 13.000 tahun yang lalu. Dari sana, budidaya padi menyebar ke seluruh Asia Tenggara, India, dan kemudian ke belahan dunia lainnya. Pada awalnya, padi mungkin dipanen dari tanaman liar, namun seiring waktu, manusia belajar untuk menanam dan mengembangkannya secara sengaja.
Penyebaran beras ini tidak hanya membawa serta biji-bijian itu sendiri, tetapi juga teknik-teknik pertanian yang canggih, seperti sistem irigasi sawah terasering yang masih kita saksikan keindahannya hingga hari ini di berbagai negara seperti Indonesia (Bali), Filipina (Banaue), dan Vietnam. Teknik-teknik ini memungkinkan lahan yang sebelumnya tidak produktif menjadi subur dan mampu menopang populasi yang terus bertumbuh. Di banyak wilayah, peradaban dan kemajuan masyarakat berkembang pesat ketika ada beras yang cukup untuk menopang kehidupan mereka.
Dari Asia, beras kemudian melakukan perjalanan ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa melalui jalur perdagangan kuno. Penjelajah Spanyol dan Portugis membawanya ke Benua Amerika pada abad ke-16, di mana budidaya padi berkembang pesat di wilayah seperti Carolina Selatan dan Brasil. Setiap benua yang disentuhnya, beras beradaptasi dan menciptakan varietas unik, sekaligus meninggalkan jejak budaya yang mendalam.
Meskipun seringkali kita hanya mengenal "beras" sebagai satu entitas, sebenarnya ada beras dalam berbagai bentuk, warna, dan ukuran, masing-masing dengan karakteristik uniknya. Sebelum diolah, beras adalah biji padi yang telah dipisahkan dari sekamnya. Secara umum, klasifikasi beras dapat dilihat dari beberapa aspek:
Ketika ada beras yang dipanen dari sawah, ia melewati beberapa tahap pengolahan:
Keberagaman ini menunjukkan betapa kompleks dan menariknya dunia beras. Setiap jenis memiliki profil rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi yang berbeda, membuka peluang tak terbatas dalam seni kuliner.
Melihat hamparan sawah hijau yang membentang luas, seringkali kita lupa akan proses panjang dan melelahkan di baliknya. Budidaya padi adalah seni dan sains yang diturunkan dari generasi ke generasi, melibatkan serangkaian langkah yang presisi.
Langkah pertama dalam budidaya padi adalah persiapan lahan. Sawah dibajak dan digaru untuk melonggarkan tanah dan mengintegrasikan sisa-sisa tanaman sebelumnya. Proses ini seringkali melibatkan kerbau, traktor, atau bahkan cara manual. Setelah itu, lahan diratakan dan dibuat pematang untuk menahan air. Irigasi yang efektif adalah kunci, karena padi membutuhkan genangan air yang konstan selama sebagian besar siklus pertumbuhannya. Tanah yang subur dan air yang melimpah adalah prasyarat dasar agar nantinya ada beras yang berkualitas.
Benih padi disemai terlebih dahulu di persemaian yang telah disiapkan secara khusus. Area persemaian ini harus terlindung dari hama dan memiliki pasokan air yang cukup. Benih akan berkecambah dan tumbuh menjadi bibit muda dalam waktu sekitar 20-30 hari. Pemilihan varietas benih sangat penting, mempertimbangkan faktor ketahanan terhadap hama, penyakit, dan kondisi iklim lokal.
Setelah bibit mencapai ukuran yang tepat (sekitar 15-25 cm tingginya), mereka dicabut dengan hati-hati dari persemaian dan ditanam secara manual satu per satu ke sawah yang telah digenangi air. Proses ini, yang sering disebut "tandur" di Indonesia, membutuhkan ketelitian dan tenaga kerja yang banyak. Jarak tanam yang tepat sangat penting untuk memastikan setiap tanaman mendapatkan cukup sinar matahari dan nutrisi. Di beberapa daerah, telah ada beras yang ditanam dengan metode modern menggunakan mesin tanam untuk efisiensi.
Selama masa pertumbuhan, sawah memerlukan perawatan intensif. Ini meliputi:
Sekitar 3-4 bulan setelah tanam, bulir padi akan matang dan menguning. Ini adalah saatnya panen. Panen dapat dilakukan secara manual menggunakan sabit atau dengan mesin penuai modern. Setelah dipanen, gabah segera dikumpulkan dan diikat atau dimasukkan ke dalam karung. Proses panen yang cepat dan efisien sangat penting untuk mencegah kerugian pasca-panen.
Setelah panen, gabah tidak langsung menjadi beras yang siap masak. Ada serangkaian proses pasca-panen yang harus dilalui untuk mengubahnya menjadi butiran beras yang kita kenal.
Gabah yang baru dipanen memiliki kadar air yang tinggi, sehingga mudah rusak jika tidak segera dikeringkan. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air gabah hingga tingkat yang aman (sekitar 14%). Metode pengeringan bisa secara tradisional dengan menjemur gabah di bawah sinar matahari (sering di jalanan desa atau pelataran rumah), atau menggunakan mesin pengering modern untuk skala besar. Pengeringan yang baik sangat krusial untuk menjaga kualitas dan mencegah pertumbuhan jamur.
Gabah yang sudah kering kemudian dirontokkan untuk memisahkan biji padi dari tangkainya. Proses ini bisa dilakukan secara manual dengan menginjak-injak atau membanting gabah, atau menggunakan mesin perontok (thresher) yang lebih efisien.
Ini adalah tahap kunci di mana gabah diubah menjadi beras. Mesin penggilingan padi akan menghilangkan sekam (lapisan terluar yang keras) dari biji padi. Hasil dari tahap ini adalah beras pecah kulit atau beras merah. Jika diinginkan beras putih, proses penggilingan dilanjutkan untuk menghilangkan lapisan bekatul dan lembaga. Setiap langkah memastikan bahwa ketika ada beras di toko, ia sudah dalam kondisi terbaik.
Untuk menghasilkan beras putih yang bersih dan mengkilap, beras pecah kulit melalui proses pemutihan atau poles (polishing). Proses ini menghilangkan sisa-sisa bekatul dan membuat permukaan beras menjadi lebih halus dan cerah. Sayangnya, pemutihan ini juga menghilangkan sebagian besar vitamin B, serat, dan mineral. Untuk mengatasi ini, beberapa produsen menambahkan vitamin dan mineral kembali melalui proses fortifikasi.
Setelah digiling dan diputihkan, beras disortir untuk memisahkan butiran yang pecah, kotoran, atau beras dengan kualitas rendah. Beras berkualitas baik kemudian dikemas dalam berbagai ukuran, siap untuk didistribusikan ke pasar dan konsumen. Dengan demikian, ketika kita melihat ada beras di rak supermarket, kita tahu ia telah melalui perjalanan panjang.
Beras adalah sumber energi utama karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Namun, nilai gizi beras jauh lebih kompleks, bervariasi tergantung jenis dan tingkat pengolahannya.
Komponen utama beras adalah karbohidrat kompleks, terutama pati, yang menyediakan energi tahan lama bagi tubuh. Beras putih sebagian besar terdiri dari pati, menjadikannya sumber energi cepat.
Meskipun bukan sumber protein utama, beras mengandung sejumlah protein nabati. Beras merah dan beras hitam memiliki kandungan protein yang sedikit lebih tinggi dibandingkan beras putih.
Beras merah, beras hitam, dan beras ungu adalah sumber serat pangan yang sangat baik. Serat penting untuk pencernaan yang sehat, membantu mencegah sembelit, dan dapat membantu mengontrol kadar gula darah serta kolesterol. Beras putih, karena lapisan seratnya telah dihilangkan, memiliki kandungan serat yang minimal.
Lapisan bekatul dan lembaga pada beras merah, beras hitam, dan beras ungu kaya akan vitamin dan mineral, meliputi:
Beras putih yang tidak difortifikasi kehilangan sebagian besar nutrisi ini. Namun, di banyak negara, beras putih diperkaya dengan vitamin B dan zat besi untuk mengkompensasi hilangnya nutrisi selama penggilingan.
Beras berwarna seperti beras hitam dan beras ungu sangat kaya akan antioksidan, terutama antosianin (pigmen yang memberi warna gelap). Antioksidan membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, yang dapat berkontribusi pada penuaan dan berbagai penyakit kronis. Ini adalah alasan lain mengapa ada beras dalam berbagai warna memiliki manfaat kesehatan yang berbeda.
Memilih jenis beras yang tepat dapat memberikan dampak signifikan pada asupan nutrisi harian. Kombinasi beras putih dengan lauk pauk bergizi seimbang, atau beralih ke beras merah/hitam sesekali, dapat memperkaya diet Anda.
Tidak banyak komoditas yang memiliki dampak sebesar beras terhadap peradaban manusia. Ia bukan hanya sekadar makanan; ia adalah pilar budaya, motor ekonomi, dan seringkali penentu stabilitas sosial.
Di banyak negara, terutama di Asia, beras adalah makanan pokok yang paling mendasar. Seringkali, makanan tidak dianggap lengkap jika tidak ada beras. Dari sarapan, makan siang, hingga makan malam, nasi hadir sebagai pusat hidangan. Ia melambangkan kecukupan, kelangsungan hidup, dan kemakmuran. Ungkapan "belum makan kalau belum makan nasi" adalah refleksi mendalam dari peran ini.
Beras memiliki tempat khusus dalam berbagai ritual dan tradisi di seluruh dunia. Di banyak budaya Asia, beras digunakan dalam upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian sebagai simbol kesuburan, kelimpahan, dan berkah. Di Indonesia, misalnya, tumpeng nasi kuning melambangkan rasa syukur dan kemakmuran. Di India, beras basmati adalah bagian integral dari upacara keagamaan. Ketika ada beras di persembahan, ia membawa harapan dan doa.
Industri beras adalah tulang punggung ekonomi bagi banyak negara berkembang. Jutaan petani kecil dan keluarga mereka bergantung pada budidaya padi untuk mata pencarian. Produksi, penggilingan, dan perdagangan beras menciptakan jutaan lapangan kerja dan merupakan bagian penting dari PDB negara-negara produsen. Fluktuasi harga beras global dapat memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas ekonomi dan politik.
Peran beras melampaui sekadar nutrisi, menjadikannya salah satu tanaman yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Kehadiran beras dalam kuliner global telah melahirkan ribuan hidangan unik dan lezat. Setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam mengolah beras, menciptakan simfoni rasa yang tak ada habisnya. Dari hidangan sederhana hingga yang paling mewah, akan selalu ada beras sebagai bintang utama atau pelengkap sempurna.
Salah satu hidangan nasi paling terkenal dari Indonesia, Nasi Goreng adalah nasi yang digoreng dengan bumbu khas, telur, sayuran, dan potongan daging atau seafood. Variasinya sangat banyak, dari Nasi Goreng Kampung yang sederhana hingga Nasi Goreng Seafood yang mewah. Hidangan ini sering disajikan dengan kerupuk, acar, dan taburan bawang goreng. Kelezatan Nasi Goreng telah menempatkannya sebagai hidangan ikonik yang disukai di seluruh dunia.
Sushi adalah seni kuliner Jepang yang menggabungkan nasi cuka (shari) dengan berbagai isian atau topping, seperti ikan mentah (neta), sayuran, atau telur. Nasi yang digunakan adalah jenis japonica short-grain yang lengket, dimasak dengan campuran cuka beras, gula, dan garam. Setiap kali kita menikmati sushi, kita disuguhkan bukti keahlian dan presisi dalam mengolah beras.
Risotto adalah hidangan nasi krim dari Italia bagian utara. Menggunakan beras jenis medium-grain seperti Arborio atau Carnaroli, risotto dimasak perlahan dengan kaldu hingga beras menyerap cairan dan menghasilkan tekstur yang kental dan lembut. Berbagai bahan dapat ditambahkan, mulai dari jamur, seafood, hingga sayuran. Ini adalah contoh bagaimana ada beras yang bisa diolah menjadi hidangan yang kaya dan mewah.
Paella adalah hidangan nasi khas Spanyol yang berasal dari Valencia. Nasi dimasak dalam wajan datar besar (paellera) bersama saffron (yang memberikan warna kuning), sayuran, dan protein seperti ayam, kelinci, seafood, atau kombinasi keduanya. Ciri khas paella adalah 'socarrat' – lapisan nasi yang renyah dan sedikit gosong di bagian bawah wajan.
Biryani adalah hidangan nasi beraroma dari anak benua India dan Timur Tengah. Nasi basmati yang panjang dan harum dimasak bersama rempah-rempah yang kaya, daging (ayam, kambing, sapi), dan terkadang sayuran. Proses memasaknya seringkali melibatkan metode 'dum' (memasak dengan api kecil dalam wadah tertutup) untuk memastikan aroma dan rasa meresap sempurna. Ini adalah salah satu hidangan di mana ada beras yang menjadi pembawa rempah-rempah eksotis.
Kedua hidangan ini adalah beras yang dimasak dalam kemasan khusus hingga padat dan kenyal. Lontong biasanya dibungkus daun pisang, sementara ketupat dibungkus anyaman daun kelapa. Keduanya berfungsi sebagai pengganti nasi dan sering disajikan dengan sate, gado-gado, opor, atau sayur lodeh, terutama saat perayaan Idul Fitri.
Bubur nasi, atau congee di Tiongkok, adalah hidangan yang sangat populer untuk sarapan atau saat sakit. Nasi dimasak dengan banyak air hingga teksturnya sangat lembut dan kental. Bisa disajikan polos atau dengan berbagai topping seperti ayam suwir, telur, cakwe, atau bumbu. Di Indonesia, ada beras yang diolah menjadi bubur ayam, bubur Manado, atau bubur kacang hijau.
Bola-bola nasi goreng ini berasal dari Sisilia. Nasi risotto yang sudah dingin dicampur dengan saus ragu (daging cincang dalam saus tomat), keju mozzarella, dan kacang polong, kemudian dibentuk menjadi bola, dilapisi tepung roti, dan digoreng hingga keemasan. Kudapan ini menunjukkan bahwa ada beras juga bisa menjadi camilan yang memuaskan.
Nasi Lemak adalah hidangan nasi beraroma khas Malaysia. Nasi dimasak dengan santan dan daun pandan, disajikan dengan ikan bilis goreng, kacang goreng, irisan mentimun, telur rebus, dan sambal pedas. Sering dianggap sebagai hidangan nasional Malaysia, Nasi Lemak adalah bukti bagaimana beras dapat menjadi kanvas untuk menciptakan rasa yang kompleks.
Jollof Rice adalah hidangan nasi satu pot yang populer di Afrika Barat. Nasi dimasak dengan saus tomat berbumbu, bawang, paprika, dan berbagai rempah. Daging atau ikan sering ditambahkan. Ada perdebatan persahabatan antara negara-negara Afrika Barat tentang siapa yang memiliki versi Jollof Rice terbaik, menunjukkan pentingnya hidangan ini dalam budaya kuliner mereka.
Daftar ini hanyalah sebagian kecil dari kekayaan kuliner beras di dunia. Setiap hidangan mencerminkan sejarah, bahan-bahan lokal, dan preferensi rasa suatu daerah, namun benang merahnya tetap satu: kehebatan biji beras yang sederhana namun serbaguna.
Meskipun beras telah menjadi makanan pokok selama ribuan tahun, produksinya terus menghadapi berbagai tantangan dan memerlukan inovasi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan populasi global yang terus bertambah.
Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi produksi padi. Peningkatan suhu, pola hujan yang tidak menentu (kekeringan dan banjir), serta kenaikan permukaan air laut yang mengancam lahan sawah pesisir, semuanya berdampak negatif. Para peneliti sedang mengembangkan varietas padi yang lebih tahan terhadap kekeringan, genangan air, dan salinitas tinggi untuk memastikan bahwa di masa depan, tetap ada beras yang tersedia bahkan di kondisi ekstrem.
Hama seperti wereng cokelat, penggerek batang, dan tikus, serta penyakit seperti hawar daun bakteri dan blast, terus menjadi ancaman konstan bagi petani padi. Pengembangan varietas tahan hama dan penyakit, praktik pertanian terpadu (Integrated Pest Management/IPM), dan penggunaan teknologi deteksi dini menjadi kunci untuk meminimalkan kerugian panen.
Padi adalah tanaman yang haus air. Budidaya padi sawah memerlukan irigasi yang signifikan, yang seringkali bersaing dengan kebutuhan air untuk minum, industri, dan ekosistem lainnya. Inovasi dalam pengelolaan air, seperti "Alternate Wetting and Drying" (AWD) yang mengurangi penggunaan air tanpa mengurangi hasil, serta pengembangan varietas padi yang lebih efisien dalam penggunaan air, sangat penting untuk keberlanjutan. Ini memastikan bahwa meskipun tantangan air meningkat, akan selalu ada beras untuk semua.
Urbanisasi dan industrialisasi terus menggerus lahan pertanian subur, termasuk sawah. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas per unit lahan menjadi sangat penting. Ini melibatkan penggunaan varietas unggul, praktik agronomi yang lebih baik, dan teknologi pertanian presisi.
Bioteknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan produksi dan nilai gizi beras. Contoh paling terkenal adalah "Golden Rice," varietas padi yang dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan beta-karoten (prekursor Vitamin A). Golden Rice bertujuan untuk mengatasi defisiensi Vitamin A, masalah kesehatan masyarakat yang serius di banyak negara berkembang. Meskipun masih dalam tahap implementasi, potensi Golden Rice menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat meningkatkan nilai nutrisi di mana ada beras.
Selain Golden Rice, penelitian juga terus mengembangkan varietas padi dengan ketahanan lebih baik terhadap cekaman lingkungan, hasil yang lebih tinggi, dan profil nutrisi yang ditingkatkan. Pemetaan genom padi telah membuka jalan bagi pemuliaan tanaman yang lebih efisien dan terarah.
Mekanisasi, dari penanaman hingga panen dan penggilingan, dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya tenaga kerja, dan meminimalkan kerugian pasca-panen. Penerapan teknologi ini, terutama di negara-negara berkembang, dapat sangat membantu dalam menjaga produktivitas. Ketika ada beras yang diproses dengan mesin modern, kualitas dan kuantitasnya bisa lebih terjamin.
Masa depan beras sangat bergantung pada kemampuan kita untuk beradaptasi, berinovasi, dan bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Dengan populasi global yang diperkirakan akan mencapai 9 miliar pada pertengahan abad, memastikan ketahanan pangan melalui produksi beras yang berkelanjutan adalah prioritas utama.
Sebagai fondasi ketahanan pangan global, masa depan beras adalah isu krusial yang memerlukan perhatian serius. Dengan proyeksi peningkatan populasi dan tekanan lingkungan yang semakin besar, bagaimana kita memastikan bahwa akan selalu ada beras yang cukup dan berkualitas untuk semua orang?
Fokus harus beralih ke praktik pertanian berkelanjutan. Ini berarti mengadopsi metode yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan sumber daya (terutama air dan lahan), dan mengurangi jejak karbon. Teknik seperti irigasi AWD (Alternate Wetting and Drying), pertanian organik, dan penggunaan pupuk hayati dapat berkontribusi pada sistem produksi padi yang lebih hijau dan tangguh. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kali ada beras yang diproduksi, itu dilakukan dengan cara yang tidak merusak planet.
Meskipun beras tetap menjadi makanan pokok, mendorong diversifikasi pangan juga penting. Mengurangi ketergantungan tunggal pada beras dan memperkenalkan biji-bijian lain seperti jagung, sorgum, atau umbi-umbian dapat meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi tekanan pada produksi beras, dan menyediakan nutrisi yang lebih bervariasi bagi masyarakat. Ini bukan berarti menggantikan beras, melainkan melengkapi dan memperkaya pola makan.
Inovasi melalui riset dan pengembangan adalah kunci. Pendanaan untuk lembaga penelitian padi seperti IRRI (International Rice Research Institute) sangat penting untuk mengembangkan varietas padi baru yang tahan terhadap perubahan iklim, hama, dan penyakit. Riset juga harus fokus pada peningkatan efisiensi nutrisi (misalnya, varietas dengan kemampuan penyerapan nitrogen yang lebih baik) dan peningkatan nilai gizi intrinsik beras. Para ilmuwan bekerja keras untuk memastikan bahwa ketika ada beras di masa depan, ia akan lebih kuat dan lebih bergizi.
Pemerintah di seluruh dunia perlu mengembangkan kebijakan pertanian yang mendukung petani padi, menjamin harga yang stabil, dan mempromosikan praktik berkelanjutan. Kolaborasi antar negara, organisasi internasional, dan sektor swasta juga esensial untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya. Tantangan keamanan pangan terlalu besar untuk diatasi sendiri oleh satu negara.
Secara mengejutkan, sebagian besar beras yang dipanen bisa hilang karena kerugian pasca-panen, mulai dari penyimpanan yang buruk hingga infestasi hama. Investasi dalam fasilitas penyimpanan yang lebih baik, teknologi pengeringan yang efisien, dan pelatihan petani tentang praktik pengelolaan pasca-panen dapat secara signifikan mengurangi limbah dan meningkatkan ketersediaan beras tanpa harus meningkatkan produksi lahan.
Masa depan beras adalah cerminan dari masa depan umat manusia. Dengan perencanaan yang matang, inovasi yang berkelanjutan, dan komitmen terhadap keberlanjutan, kita dapat memastikan bahwa warisan beras sebagai sumber kehidupan dan budaya akan terus berlanjut untuk generasi mendatang. Hingga kapan pun, harapan kita adalah akan selalu ada beras di setiap meja makan, di setiap sudut dunia.
Dari sawah yang terhampar luas di bawah sinar matahari hingga menjadi hidangan lezat di meja makan, beras telah menempuh perjalanan yang luar biasa. Ia adalah benih kehidupan, pilar peradaban, dan benang merah yang mengikat berbagai budaya di seluruh dunia. Kita telah melihat bagaimana ada beras dalam beragam bentuk, warna, dan cara pengolahan, masing-masing dengan kisah dan nilai gizinya sendiri.
Beras bukan hanya sumber energi yang vital; ia adalah simbol ketahanan, kesuburan, dan keberkahan. Namun, perjalanannya tidak selalu mulus. Tantangan perubahan iklim, hama, ketersediaan air, dan degradasi lahan terus mengancam kelangsungan produksi. Inovasi dalam bioteknologi, praktik pertanian berkelanjutan, dan kebijakan yang suportif menjadi kunci untuk menghadapi rintangan ini.
Memahami beras berarti memahami bagian integral dari sejarah manusia, ekonomi global, dan warisan budaya. Setiap butir beras yang kita santap adalah hasil dari kerja keras ribuan petani, kecerdasan ilmuwan, dan kebijaksanaan nenek moyang kita. Mari kita terus menghargai dan melindungi sumber daya penting ini, memastikan bahwa untuk generasi yang akan datang, akan selalu ada beras, sebagai penopang kehidupan, penghubung budaya, dan penjamin masa depan yang lebih cerah.