Adstratum: Pengaruh Bahasa Tanpa Dominasi

Dalam lanskap linguistik yang dinamis, bahasa-bahasa tidak pernah berdiri sendiri. Mereka berinteraksi, beradaptasi, dan saling mempengaruhi dalam berbagai tingkatan. Salah satu konsep paling menarik yang menjelaskan fenomena ini adalah adstratum. Istilah ini merujuk pada situasi di mana dua atau lebih bahasa hidup berdampingan di wilayah geografis yang sama dan saling mempengaruhi, namun tidak ada satu pun yang secara signifikan menggantikan atau mendominasi yang lain. Interaksi ini menghasilkan pertukaran fitur linguistik, mulai dari kata-kata, frasa, hingga bahkan struktur gramatikal, menciptakan jalinan kompleks dalam evolusi bahasa.

Memahami adstratum adalah kunci untuk mengungkap bagaimana bahasa-bahasa dapat mempertahankan identitas intinya sambil menyerap elemen-elemen dari tetangga linguistiknya. Fenomena ini berbeda secara fundamental dari superstratum, di mana bahasa penakluk atau yang lebih dominan memberikan pengaruh kuat dan seringkali menggantikan bahasa asli, dan substratum, di mana bahasa yang kalah atau minoritas memberikan jejak pada bahasa yang lebih dominan yang menggantikannya. Dalam kasus adstratum, hubungan antar bahasa cenderung bersifat horizontal, setara, atau setidaknya seimbang dalam hal dampak jangka panjang pada inti sistem masing-masing bahasa.

Artikel ini akan mengkaji secara mendalam konsep adstratum, membedakannya dari bentuk kontak bahasa lainnya, mengeksplorasi mekanisme-mekanisme pengaruhnya, serta menyajikan berbagai studi kasus dari seluruh dunia, termasuk contoh-contoh relevan dalam konteks bahasa Indonesia. Kita akan melihat bagaimana sejarah, geografi, perdagangan, migrasi, dan bahkan teknologi modern membentuk interaksi adstratum, membentuk mosaik linguistik yang kaya dan terus berubah.

Ilustrasi Adstratum Dua bentuk abstrak berwarna biru dan hijau yang saling tumpang tindih secara harmonis di bagian tengah, masing-masing mempertahankan warna intinya. Garis putus-putus dan titik-titik kecil menunjukkan aliran pengaruh timbal balik di area kontak.
Ilustrasi dua bahasa atau budaya yang saling mempengaruhi tanpa kehilangan identitas aslinya, merepresentasikan konsep adstratum.

1. Memahami Adstratum: Definisi dan Konteks

Secara etimologis, istilah adstratum berasal dari bahasa Latin ad- (menuju, dekat) dan stratum (lapisan). Dalam linguistik, ini menggambarkan lapisan bahasa yang 'berdampingan' atau 'di samping' bahasa lain. Definisi inti dari adstratum adalah situasi kontak bahasa di mana dua bahasa hidup dalam kedekatan geografis atau sosial, saling bertukar fitur linguistik, namun tidak ada satu pun yang dianggap sebagai bahasa "penakluk" atau "yang ditaklukkan". Kedua bahasa mempertahankan kelangsungan hidup dan vitalitasnya, meskipun dengan perubahan yang diinduksi oleh kontak.

Penting untuk dicatat bahwa pengaruh adstratal bukanlah proses satu arah. Ini adalah interaksi timbal balik. Misalnya, dalam satu wilayah, Bahasa A mungkin meminjam sejumlah besar kosakata dari Bahasa B, sementara Bahasa B pada gilirannya mungkin mengadopsi fitur fonologis atau sintaksis tertentu dari Bahasa A. Keseimbangan pengaruh inilah yang membedakan adstratum dari superstratum dan substratum, di mana dinamika kekuasaan atau status sosial antara komunitas penutur cenderung tidak seimbang.

Konteks historis dan sosiolinguistik sangat krusial dalam mengidentifikasi hubungan adstratum. Tanpa pemahaman tentang sejarah migrasi, perdagangan, atau interaksi sosial antara dua kelompok penutur, sulit untuk membedakan apakah perubahan linguistik adalah hasil dari kontak adstratal, superstratal, atau substratal. Misalnya, perbatasan politik yang stabil antara dua negara dengan bahasa berbeda seringkali menjadi lokasi utama bagi interaksi adstratum, di mana perdagangan lintas batas dan pertukaran budaya rutin menciptakan zona pengaruh linguistik bersama.

1.1. Perbedaan Kritis: Adstratum vs. Superstratum dan Substratum

Untuk benar-benar memahami adstratum, kita harus mengontraskannya dengan dua konsep kontak bahasa lainnya:

  • Superstratum: Ini terjadi ketika bahasa dari kelompok yang secara politik, militer, atau sosial dominan memberikan pengaruh kuat pada bahasa asli, seringkali menyebabkan bahasa asli menghilang atau berasimilasi. Bahasa yang dominan disebut superstratum. Contoh klasik adalah bahasa Norman Prancis yang memengaruhi bahasa Inggris Kuno setelah Penaklukan Norman, meskipun Inggris Kuno tidak hilang, ia sangat berubah. Dalam kasus lain, superstratum bisa sepenuhnya menggantikan bahasa lokal.
  • Substratum: Ini adalah kebalikannya. Ketika sebuah bahasa yang dominan (superstratum) menggantikan bahasa lokal, bahasa lokal yang "kalah" ini bisa meninggalkan jejak pada bahasa yang baru. Jejak-jejak ini, yang disebut substratum, dapat berupa fitur fonologis, sintaksis, atau semantik yang diwarisi dari bahasa asli yang sekarang sudah tidak ada. Contohnya adalah pengaruh bahasa Gaulish pada bahasa Prancis yang berkembang dari bahasa Latin.

Perbedaan utama adalah pada hasil akhir interaksi. Adstratum menyiratkan koeksistensi dan pengaruh timbal balik tanpa dominasi yang jelas, menjaga integritas kedua bahasa dalam jangka panjang. Superstratum sering mengarah pada pergeseran bahasa atau perubahan dramatis pada bahasa yang dipengaruhi, sementara substratum adalah 'warisan' dari bahasa yang telah digantikan. Pemahaman nuansa ini sangat penting untuk analisis linguistik yang akurat.

Sebagai contoh, interaksi antara Bahasa Jerman dan beberapa Bahasa Slavia di Eropa Tengah sering dianggap sebagai hubungan adstratum, di mana kedua kelompok bahasa hidup berdampingan selama berabad-abad, saling meminjam kata dan fitur tanpa salah satu menggantikan yang lain. Sebaliknya, invasi Romawi ke Gaul melihat Latin sebagai superstratum yang menggantikan Gaulish, meninggalkan Gaulish sebagai substratum dalam bahasa Prancis yang baru muncul.

2. Mekanisme dan Bentuk Pengaruh Adstratum

Pengaruh adstratum dapat termanifestasi dalam berbagai aspek bahasa. Ini bukan sekadar meminjam kata, melainkan proses kompleks yang dapat membentuk ulang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik suatu bahasa. Kedekatan kontak, intensitas interaksi, serta status sosial dan budaya relatif dari komunitas penutur memainkan peran penting dalam menentukan jenis dan tingkat pengaruh yang terjadi.

2.1. Peminjaman Leksikal (Kosakata)

Ini adalah bentuk pengaruh adstratum yang paling jelas dan mudah dikenali. Bahasa-bahasa yang berinteraksi akan saling meminjam kata-kata untuk konsep baru atau untuk memperkaya kosa kata yang sudah ada. Peminjaman ini seringkali terjadi di bidang-bidang tertentu yang menjadi fokus interaksi, seperti:

  • Perdagangan: Kata-kata untuk barang dagangan, metode perdagangan, atau mata uang.
  • Teknologi: Istilah untuk alat atau inovasi baru.
  • Budaya dan Seni: Nama-nama makanan, pakaian, musik, atau bentuk seni.
  • Pemerintahan dan Hukum: Istilah administrasi atau yudisial.

Contohnya, di banyak wilayah perbatasan, kata-kata untuk makanan lokal atau istilah terkait pertanian sering kali dipinjam dari bahasa tetangga. Bahasa yang menerima pinjaman biasanya mengadaptasi kata tersebut agar sesuai dengan sistem fonologis dan morfologisnya sendiri. Ini bisa melibatkan perubahan bunyi, penambahan sufiks atau prefiks, atau penyesuaian penulisan.

Peminjaman leksikal adalah jendela menuju sejarah interaksi antar masyarakat. Setiap kata pinjaman membawa serta jejak kontak budaya dan sosial yang terjadi.

Dalam beberapa kasus, peminjaman bisa menjadi sangat ekstensif sehingga membentuk "area linguistik" (Sprachbund), di mana beberapa bahasa dari rumpun yang berbeda menunjukkan kemiripan leksikal yang signifikan karena kontak adstratal yang intens selama berabad-abad. Perluasan kosa kata melalui peminjaman tidak hanya memperkaya ekspresi tetapi juga dapat mencerminkan status sosial atau prestise bahasa pemberi pinjaman.

2.2. Pengaruh Fonologis dan Fonetik

Pengaruh adstratum juga dapat mengubah sistem bunyi suatu bahasa. Ini bisa terjadi dalam beberapa bentuk:

  • Adopsi Bunyi Baru: Bahasa dapat mengadopsi bunyi (fonem) yang tidak ada dalam inventaris aslinya untuk mengakomodasi kata-kata pinjaman.
  • Perubahan dalam Distribusi Bunyi: Bunyi yang sudah ada mungkin mulai muncul di posisi-posisi baru dalam kata.
  • Perubahan Prosodi: Pola intonasi, stres, atau ritme bicara dapat dipengaruhi.

Misalnya, penutur bahasa yang berinteraksi mungkin mulai meniru aksen satu sama lain, atau penutur bahasa penerima mungkin melunakkan atau mengubah bunyi tertentu dalam kata pinjaman agar lebih mirip dengan aslinya. Meskipun perubahan fonologis cenderung lebih lambat dan kurang mencolok dibandingkan peminjaman leksikal, dampaknya bisa sangat fundamental bagi identitas fonetik suatu bahasa.

2.3. Pengaruh Sintaksis dan Morfologis

Perubahan dalam struktur kalimat (sintaksis) atau cara kata-kata dibentuk (morfologi) akibat kontak adstratal jauh lebih jarang terjadi dan membutuhkan kontak yang sangat intens dan jangka panjang. Namun, ketika itu terjadi, dampaknya sangat dalam. Contohnya meliputi:

  • Urutan Kata: Perubahan preferensi urutan Subjek-Verb-Objek (SVO) ke Subjek-Objek-Verb (SOV) atau sebaliknya.
  • Penggunaan Preposisi/Postposisi: Mengadopsi cara baru untuk mengekspresikan hubungan spasial atau temporal.
  • Struktur Klausa: Cara klausa relatif dibentuk atau penggunaan konjungsi tertentu.
  • Pembentukan Kata: Adopsi pola derivasi atau infleksi tertentu.

Kalque struktural atau pinjam-terjemah adalah contoh di mana struktur frase atau klausa dari satu bahasa diterjemahkan secara harfiah ke bahasa lain, mengubah pola sintaksis tanpa meminjam kata secara langsung. Ini menunjukkan tingkat pengaruh yang jauh lebih dalam daripada sekadar meminjam kata.

2.4. Pengaruh Semantik

Adstratum juga dapat memengaruhi makna kata-kata yang sudah ada dalam suatu bahasa. Ini bisa berupa:

  • Pergeseran Makna: Kata yang sudah ada memperoleh makna baru di bawah pengaruh kata yang setara dalam bahasa tetangga.
  • Perluasan Makna: Makna kata menjadi lebih luas atau sempit.
  • Peminjaman Semantik (Kalque Semantik): Suatu bahasa meminjam makna tambahan untuk kata yang sudah ada dari kata yang setara di bahasa lain. Misalnya, jika kata 'X' dalam Bahasa A memiliki makna 'P' dan 'Q', dan Bahasa B memiliki kata 'Y' hanya dengan makna 'P', di bawah pengaruh Bahasa A, kata 'Y' dalam Bahasa B mungkin juga mulai digunakan untuk makna 'Q'.

Perubahan semantik seringkali halus namun dapat mengubah cara penutur memahami dan mengklasifikasikan dunia. Ini adalah cerminan langsung dari bagaimana budaya dan konsep disebarkan melalui interaksi bahasa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Adstratum

Berbagai faktor dapat memengaruhi intensitas dan jenis interaksi adstratum antara dua bahasa. Lingkungan sosio-historis tempat kontak bahasa terjadi sangat menentukan bagaimana pengaruh tersebut berkembang.

3.1. Kedekatan Geografis dan Intensitas Kontak

Secara logis, semakin dekat dua komunitas penutur secara geografis, semakin besar kemungkinan mereka untuk berinteraksi. Perbatasan negara, jalur perdagangan kuno, atau wilayah yang dibagi oleh dua kelompok etnis yang berbeda sering menjadi titik panas untuk interaksi adstratum. Intensitas kontak tidak hanya diukur dari jarak, tetapi juga dari frekuensi dan kedalaman interaksi: seberapa sering orang-orang dari kedua komunitas bertemu, berdagang, menikah, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial bersama.

3.2. Status Sosial dan Prestise

Meskipun adstratum mengimplikasikan keseimbangan relatif, jarang sekali kedua bahasa memiliki status sosial atau prestise yang persis sama. Satu bahasa mungkin dianggap lebih "modern", "berpendidikan", atau "berbudaya" oleh sebagian penutur di komunitas lain. Prestise ini dapat mendorong peminjaman satu arah atau adaptasi fitur tertentu dari bahasa yang lebih berprestise, bahkan jika secara keseluruhan hubungan tetap adstratal. Namun, ini tidak berarti dominasi mutlak; seringkali hanya pada domain tertentu atau oleh kelompok penutur tertentu.

3.3. Perdagangan dan Migrasi

Jalur perdagangan adalah arteri utama untuk penyebaran ide, barang, dan tentu saja, bahasa. Kata-kata untuk barang dagangan, unit ukuran, atau praktik bisnis seringkali melintasi batas-batas bahasa. Demikian pula, migrasi penduduk, baik secara permanen maupun musiman, membawa penutur bahasa ke wilayah baru dan memaksa mereka untuk berinteraksi dengan bahasa lokal. Dalam situasi di mana migrasi tidak berujung pada penaklukan atau asimilasi, tetapi pada koeksistensi, ini menjadi pendorong utama bagi hubungan adstratum.

3.4. Bahasa Multibahasa dan Peran Lingua Franca

Keberadaan penutur multibahasa dalam komunitas perbatasan adalah pendorong utama interaksi adstratum. Individu-individu ini, yang fasih dalam kedua bahasa, bertindak sebagai jembatan linguistik, memfasilitasi pertukaran kata dan struktur. Selain itu, jika salah satu bahasa berfungsi sebagai lingua franca (bahasa penghubung) di antara beberapa kelompok, ia akan cenderung menerima dan menyebarkan pengaruh adstratal dari berbagai sumber, serta memberikan pengaruhnya sendiri.

4. Studi Kasus Global Adstratum

Untuk mengilustrasikan kompleksitas adstratum, mari kita telaah beberapa contoh signifikan dari berbagai belahan dunia. Studi kasus ini menyoroti bagaimana berbagai bahasa telah saling mempengaruhi sepanjang sejarah.

4.1. Inggris dan Norse Kuno (Skandinavia)

Salah satu contoh adstratum yang paling sering dikutip dalam sejarah linguistik adalah interaksi antara Bahasa Inggris Kuno dan Norse Kuno. Antara abad ke-9 dan ke-11, Viking dari Skandinavia menyerbu dan bermukim di bagian utara dan timur Inggris (dikenal sebagai Danelaw). Meskipun mereka akhirnya berasimilasi ke dalam budaya Anglo-Saxon, bahasa mereka, Norse Kuno, tidak menghilang tanpa jejak. Sebaliknya, ia berinteraksi secara intens dengan Bahasa Inggris Kuno.

  • Peminjaman Leksikal: Ribuan kata Norse Kuno masuk ke dalam Bahasa Inggris, banyak di antaranya adalah kata-kata sehari-hari yang sangat dasar, bukan hanya istilah teknis atau budaya tinggi. Contohnya termasuk sky, window, egg, sister, skin, take, give, call, get, hit, ill, ugly, weak, dan bahkan kata ganti orang ketiga jamak seperti they, them, their. Peminjaman ini sangat mendalam sehingga mengisi kekosongan leksikal atau menggantikan kata-kata Inggris Kuno yang setara.
  • Pengaruh Gramatikal: Meskipun lebih jarang, ada argumen bahwa Norse Kuno memengaruhi morfologi dan sintaksis Inggris Kuno, terutama dalam penyederhanaan infleksi. Bahasa Inggris Kuno memiliki sistem infleksi yang kompleks, dan kontak dengan Norse Kuno, yang memiliki infleksi serupa tetapi sering berbeda, mungkin mempercepat proses penyederhanaan yang sudah terjadi.

Interaksi ini adalah contoh adstratum karena meskipun Inggris Kuno tidak digantikan, ia diubah secara fundamental oleh Norse Kuno. Kedua bahasa hidup berdampingan, saling meminjam dan saling membentuk, tanpa salah satu sepenuhnya menaklukkan yang lain. Hasilnya adalah Bahasa Inggris Pertengahan yang memiliki karakter hibrida yang jelas.

4.2. Spanyol dan Arab

Sejarah Semenanjung Iberia menyediakan contoh adstratum yang kaya dan mendalam antara Bahasa Spanyol (dan juga Portugis) dengan Bahasa Arab. Selama hampir delapan abad (711 M - 1492 M), sebagian besar Iberia berada di bawah kekuasaan Muslim, dengan Bahasa Arab sebagai bahasa administrasi, budaya, dan ilmu pengetahuan.

  • Peminjaman Leksikal Ekstensif: Ribuan kata Arab masuk ke dalam Bahasa Spanyol, terutama di bidang-bidang seperti pertanian (aceituna 'zaitun', arroz 'nasi', azúcar 'gula'), ilmu pengetahuan dan matematika (álgebra 'aljabar', cifra 'angka'), arsitektur (albañil 'tukang batu', azulejo 'ubin'), dan administrasi (alcalde 'walikota', aduana 'bea cukai'). Banyak kata Arab di Spanyol dimulai dengan "al-" (yang merupakan artikel pasti 'al-' dalam bahasa Arab), seperti algodón 'kapas', almohada 'bantal', alcachofa 'artichoke'.
  • Pengaruh Fonologis: Meskipun kurang dominan, ada argumen bahwa fonem /x/ (seperti 'j' dalam bahasa Spanyol caja) mungkin diperkuat atau berkembang karena pengaruh fonem yang mirip dalam bahasa Arab.
  • Sintaksis dan Semantik: Ada perdebatan tentang sejauh mana sintaksis dan semantik dipengaruhi, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa konstruksi tertentu atau penggunaan idiom mungkin telah dipengaruhi oleh struktur Arab.

Ini adalah adstratum karena Bahasa Spanyol tidak digantikan oleh Bahasa Arab, dan sebaliknya, Bahasa Arab pun tidak sepenuhnya menghilang dari Iberia sebelum Reconquista, melainkan hidup berdampingan. Kedua bahasa saling memperkaya dan membentuk identitas linguistik Iberia yang unik.

4.3. Jerman dan Slavia (di Eropa Timur)

Di sepanjang perbatasan linguistik antara bahasa-bahasa Jermanik dan Slavia di Eropa Tengah dan Timur (misalnya, antara Bahasa Jerman dan Bahasa Ceko, Polandia, atau Sorbia), telah terjadi interaksi adstratum yang signifikan selama berabad-abad. Perdagangan, migrasi, dan bahkan konflik telah memfasilitasi pertukaran linguistik.

  • Pengaruh Jerman pada Slavia: Banyak kata-kata Jermanik, terutama yang terkait dengan pemerintahan, pertukangan, atau kehidupan kota, dipinjam oleh bahasa-bahasa Slavia. Contohnya dalam bahasa Polandia: rynek (pasar, dari Jerman Ring), burmistrz (walikota, dari Jerman Bürgermeister), szkoła (sekolah, dari Jerman Schule).
  • Pengaruh Slavia pada Jerman: Bahasa Jerman juga meminjam dari bahasa-bahasa Slavia, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Ini sering terjadi pada nama-nama tempat, flora, fauna, atau kata-kata yang terkait dengan kehidupan pedesaan di wilayah perbatasan. Contohnya dalam bahasa Jerman: Grenze (perbatasan, dari Slavia granica), Quark (sejenis keju, dari Slavia twarog), Moloch (dari Slavia molok 'susu').

Hubungan ini menunjukkan koeksistensi dan pengaruh timbal balik yang berlangsung lama tanpa salah satu bahasa menggantikan yang lain, meskipun ada periode dominasi politik atau budaya yang bergeser. Kedua kelompok bahasa mempertahankan vitalitas dan struktur intinya, sambil menunjukkan tanda-tanda kontak yang jelas.

4.4. Bahasa Indonesia dan Berbagai Bahasa Asing

Kasus Bahasa Indonesia sangat menarik karena ia merupakan bahasa yang sangat reseptif terhadap pengaruh asing, dan banyak dari pengaruh ini dapat dikategorikan sebagai adstratum atau setidaknya memiliki karakteristik adstratal di berbagai periode sejarahnya. Bahasa Indonesia modern (dan Melayu yang menjadi cikal bakalnya) telah berinteraksi dengan berbagai bahasa di Asia Tenggara dan di seluruh dunia.

4.4.1. Sanskrit

Pengaruh Sanskrit, yang datang bersama agama Hindu dan Buddha dari India kuno, sangat mendalam dan telah berlangsung selama lebih dari seribu tahun. Meskipun Bahasa Sanskrit tidak pernah menjadi bahasa vernakular yang menggantikan bahasa asli, ia berfungsi sebagai bahasa sastra, agama, dan pemerintahan di banyak kerajaan awal di Nusantara.

  • Peminjaman Leksikal: Ribuan kata Sanskrit masuk ke Bahasa Melayu Kuno dan kemudian Bahasa Indonesia, menjadi bagian integral dari kosa kata inti. Contoh: bahasa, agama, raja, istri, suami, dosa, pahala, surga, neraka, candi, aksara, guna, karya, rasa, budi, sukacita, durhaka, samudra, negara, kota, tentara, menteri, pustaka, sempurna, manusia, dunia, jiwa, raga, bencana, anugerah, cinta, setia.
  • Semantik: Banyak kata Sanskrit juga membawa konsep filosofis dan agama yang membentuk pandangan dunia masyarakat Indonesia.
  • Morfologi: Meskipun tidak mengubah morfologi secara drastis, beberapa prefiks dan sufiks Sanskrit seperti -an, -i, -man, -wati (dalam nama atau gelar) kadang digunakan.

Ini adalah contoh adstratum karena Bahasa Sanskrit hidup berdampingan sebagai bahasa prestise dan pembelajaran tanpa menggantikan bahasa-bahasa lokal, namun memberikan warisan leksikal yang luar biasa pada Bahasa Indonesia.

4.4.2. Arab

Kedatangan Islam membawa pengaruh Bahasa Arab yang signifikan, terutama dari abad ke-13 dan seterusnya. Sama seperti Sanskrit, Bahasa Arab tidak menggantikan bahasa lokal melainkan menjadi bahasa agama, ilmu pengetahuan, dan sastra.

  • Peminjaman Leksikal: Kata-kata Arab sangat banyak dalam Bahasa Indonesia, terutama di bidang agama (Islam, Muslim, ulama, salat, zakat, haji, doa, kabar, ilmu, hikmah, masjid, kiamat, syukur, halal, haram, iman, takwa), hukum (adil, hakim, mahkamah, waris), dan kehidupan sehari-hari (selamat, dunia, zaman, sehat, maaf, mungkin, hadir, hadir, wajib, sabar, kursi, daftar, buku, kertas, angka).
  • Fonologi: Beberapa bunyi Arab (misalnya /kh/, /gh/, /f/, /z/) diadopsi dan diintegrasikan ke dalam sistem fonologi Indonesia, terutama untuk kata-kata pinjaman.
  • Gaya Bahasa: Pengaruh Arab juga terlihat dalam gaya penulisan, khususnya dalam sastra keagamaan.

Hubungan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Arab jelas merupakan adstratum, di mana kedua bahasa berinteraksi secara intens dan saling memperkaya tanpa dominasi satu sama lain dalam penggunaan sehari-hari.

4.4.3. Belanda

Selama periode kolonial (sekitar 350 tahun), Bahasa Belanda adalah bahasa administrasi, pendidikan tinggi, dan perdagangan di Hindia Belanda. Meskipun tidak pernah menjadi bahasa massa bagi sebagian besar penduduk asli, ia memiliki pengaruh yang signifikan pada Bahasa Indonesia.

  • Peminjaman Leksikal: Banyak kata Belanda masuk ke dalam Bahasa Indonesia, terutama di bidang administrasi (kantor, polisi, gubernur, bupati, sekrup), pendidikan (sekolah, guru, kelas, ujian, buku, pensil, universitas), teknologi (mobil, sepeda, listrik, pompa, keran), arsitektur (gedung, kamar, jendela, pintu, pagar), dan kehidupan sehari-hari (handuk, selop, rokok, bangku, gratis, ongkos, resep, biskuit, donat, roti, kompor, garpu).
  • Istilah Ilmiah/Teknis: Banyak istilah modern dalam berbagai disiplin ilmu di Indonesia berasal dari Bahasa Belanda karena pendidikan tinggi pada masa kolonial.

Status Bahasa Belanda sebagai bahasa kolonial membuatnya memiliki elemen superstratal pada awalnya, namun karena ia tidak pernah menggantikan bahasa lokal secara luas, dan justru Bahasa Indonesia mengambil banyak dari Bahasa Belanda tanpa kehilangan identitasnya, hubungan ini dapat dilihat sebagai adstratum yang kompleks di mana Bahasa Indonesia beradaptasi dan menyerap daripada digantikan.

4.4.4. Inggris

Sejak kemerdekaan, dan terutama dengan globalisasi serta dominasi Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan hiburan, pengaruh Bahasa Inggris pada Bahasa Indonesia semakin kuat.

  • Peminjaman Leksikal: Ini adalah bentuk pengaruh paling kentara, dengan ribuan kata Inggris yang diadaptasi atau digunakan langsung dalam Bahasa Indonesia. Contoh: komputer, internet, gadget, online, download, update, meeting, marketing, bisnis, email, film, fashion, global, modern, standar, fokus, respons, inovasi, sistem, teknologi, informasi, energi, kualitas, kuantitas, privasi, publik, demokrasi, isu, tren, rating, viral.
  • Singkatan dan Akronim: Banyak singkatan Inggris (misalnya, RSVP, FYI, ASAP) digunakan dalam komunikasi informal.
  • Kalque/Pinjam-Terjemah: Beberapa frasa atau idiom Inggris diterjemahkan langsung ke Bahasa Indonesia, seperti "cuci mata" (dari window shopping), "titik balik" (dari turning point), "meja hijau" (dari green table, meskipun konteks berbeda).

Interaksi antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris adalah contoh adstratum kontemporer yang jelas. Bahasa Inggris tidak mengancam keberadaan Bahasa Indonesia, tetapi terus memperkaya kosa katanya dan memengaruhi gaya ekspresi, terutama di kalangan generasi muda dan di ranah teknologi serta media.

4.4.5. Bahasa Cina (Mandarin/Hokkien) dan Bahasa Daerah Lain di Nusantara

Pengaruh komunitas Tionghoa yang telah lama berdagang dan bermukim di Nusantara juga terlihat. Kata-kata dari berbagai dialek Cina, terutama Hokkien, telah masuk ke Bahasa Indonesia dan banyak bahasa daerah.

  • Peminjaman Leksikal: Contoh: cuan, cakwe, bakso, capcai, lontong, tahu, tauke, giok, encim, koko, gincu, toke, kongsi, loteng, becak, cingcau. Banyak di antaranya terkait dengan makanan, bisnis, atau istilah kekerabatan.

Selain bahasa-bahasa asing, Bahasa Indonesia juga telah berinteraksi secara adstratal dengan banyak bahasa daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, dan Batak, saling meminjam dan mempengaruhi dalam lingkup lokal.

5. Adstratum dalam Konteks Kontemporer: Globalisasi dan Digitalisasi

Di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, fenomena adstratum menjadi lebih kompleks dan meluas. Internet, media sosial, dan komunikasi lintas budaya yang instan menciptakan lingkungan di mana bahasa-bahasa berinteraksi dengan kecepatan dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

5.1. Internet dan Bahasa Inggris sebagai Lingua Franca Global

Bahasa Inggris telah menjadi bahasa de facto internet dan komunikasi ilmiah serta bisnis global. Ini berarti hampir semua bahasa di dunia berada dalam posisi kontak adstratal dengan Bahasa Inggris. Bahasa-bahasa meminjam istilah teknis, istilah budaya pop, dan bahkan gaya komunikasi dari Bahasa Inggris, terutama di kalangan pengguna internet muda.

Namun, penting untuk ditekankan bahwa ini tidak berarti Bahasa Inggris akan menggantikan bahasa lain. Sebaliknya, bahasa-bahasa lokal mengadaptasi kata-kata dan konsep-konsep ini ke dalam sistem mereka sendiri, menciptakan hibrida linguistik yang unik. Fenomena ini terlihat jelas dalam Bahasa Indonesia, di mana istilah seperti "ngedate", "nge-like", "nge-share", atau "nge-tag" adalah gabungan prefiks Indonesia dengan kata dasar Bahasa Inggris yang diadaptasi.

5.2. Code-Switching dan Code-Mixing

Dalam komunitas multibahasa yang intensif, code-switching (berganti bahasa antar kalimat) dan code-mixing (mencampur bahasa dalam satu kalimat) menjadi praktik umum. Ini bukan hanya cerminan dari kontak adstratal, tetapi juga memperkuatnya. Penutur yang fasih dalam dua atau lebih bahasa secara tidak sadar dapat memfasilitasi transfer fitur linguistik antar bahasa, terutama dalam konteks informal.

Misalnya, di perkotaan Indonesia, tidak jarang mendengar percakapan yang mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris, atau Bahasa Indonesia dengan Bahasa Jawa/Sunda. Ini menunjukkan tingkat integrasi yang tinggi antara bahasa-bahasa tersebut dalam pikiran penutur, dan seringkali kata-kata atau frasa yang dicampur dapat menjadi pinjaman permanen dari waktu ke waktu.

5.3. Dampak pada Identitas dan Vitalitas Bahasa

Meskipun kontak adstratal cenderung tidak mengancam keberadaan bahasa, ia dapat memengaruhi persepsi penutur terhadap bahasa mereka sendiri. Beberapa penutur mungkin khawatir bahwa terlalu banyak peminjaman akan "mengencerkan" kemurnian bahasa mereka, sementara yang lain melihatnya sebagai tanda vitalitas dan kemampuan beradaptasi. Dalam konteks adstratum, yang paling umum adalah bahasa terus berinovasi dan berevolusi, mencerminkan lingkungan sosial dan budaya yang berubah.

Diskusi tentang 'purifikasi bahasa' atau 'bahasa yang baik dan benar' seringkali muncul sebagai respons terhadap pengaruh adstratal yang kuat. Namun, sejarah linguistik menunjukkan bahwa semua bahasa di dunia, tanpa kecuali, adalah hasil dari kontak, pinjaman, dan adaptasi. Adstratum adalah salah satu bukti paling kuat dari kenyataan universal ini.

6. Implikasi dan Signifikansi Linguistik Adstratum

Konsep adstratum memiliki implikasi penting bagi pemahaman kita tentang evolusi bahasa, kontak budaya, dan identitas sosial. Ini menyoroti bahwa perubahan bahasa adalah proses alami dan tak terhindarkan, seringkali didorong oleh interaksi antar komunitas.

6.1. Evolusi Bahasa dan Diversitas

Adstratum adalah mesin penting dalam evolusi bahasa. Ini memungkinkan bahasa untuk menyerap inovasi leksikal, fonologis, atau sintaksis tanpa harus mengalami pergeseran bahasa yang drastis. Proses ini berkontribusi pada diversitas linguistik global, karena setiap bahasa mengadaptasi pengaruh eksternal dengan cara unik yang sesuai dengan sistem internalnya.

Alih-alih menyederhanakan bahasa menjadi homogen, adstratum seringkali menciptakan varian dan dialek baru, atau memperkaya register yang sudah ada. Ini memungkinkan bahasa untuk tetap relevan dan fungsional di tengah perubahan lingkungan sosial dan teknologi.

6.2. Cerminan Interaksi Budaya dan Sejarah

Setiap contoh adstratum adalah narasi sejarah itu sendiri. Peminjaman kata atau perubahan fonologis menceritakan kisah tentang perdagangan, migrasi, konflik, aliansi, atau pertukaran budaya antar masyarakat. Dengan menganalisis lapisan-lapisan adstratal dalam sebuah bahasa, kita dapat merekonstruksi bagian-bagian penting dari masa lalu suatu komunitas.

Misalnya, keberadaan kata-kata Sanskrit dan Arab yang melimpah dalam Bahasa Indonesia adalah bukti tak terbantahkan dari dominasi historis agama Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara. Demikian pula, jejak Bahasa Belanda dan Inggris menunjukkan era kolonial dan globalisasi. Bahasa adalah arsip hidup dari sejarah manusia.

6.3. Pembentukan Identitas Linguistik dan Sosial

Hubungan adstratum juga berperan dalam pembentukan identitas linguistik dan sosial. Penggunaan kata-kata pinjaman atau adaptasi fitur dari bahasa tetangga dapat menjadi penanda identitas kelompok, menunjukkan keterbukaan terhadap pengaruh luar atau, sebaliknya, resistensi terhadapnya.

Dalam masyarakat multibahasa, kemampuan untuk beralih atau mencampur kode dari bahasa-bahasa adstratal dapat menjadi bagian penting dari identitas sosial seseorang, menunjukkan keanggotaan dalam beberapa komunitas sekaligus. Ini memperkaya identitas individu dan kolektif, mencerminkan dunia yang semakin terhubung.

6.4. Tantangan dan Peluang dalam Pemertahanan Bahasa

Bagi bahasa-bahasa minoritas yang hidup berdampingan dengan bahasa-bahasa mayoritas dalam hubungan adstratum, ada tantangan dan peluang. Tantangannya adalah menjaga vitalitas dan kekhasan mereka di tengah arus pengaruh yang kuat. Peluangnya adalah kemampuan untuk meminjam dan beradaptasi, yang dapat membantu mereka bertahan dan berkembang di dunia yang terus berubah. Adstratum bukan selalu ancaman, melainkan juga mekanisme adaptasi.