Agroekonomi: Solusi Berkelanjutan untuk Pangan dan Lingkungan

Ilustrasi pertumbuhan tanaman yang seimbang dalam lingkaran ekonomi dan ekologi.

Agroekonomi adalah bidang multidisiplin yang terus berkembang, menggabungkan prinsip-prinsip ekologi dan sosial untuk merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem pangan yang berkelanjutan dan adil. Ini melampaui fokus sempit pada produktivitas pertanian semata, merangkul dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan etika yang saling terkait. Dalam esensinya, agroekonomi mencari cara untuk menghasilkan makanan yang cukup dan bergizi tanpa mengorbankan kesehatan planet, keadilan sosial, atau keberlanjutan ekonomi masyarakat petani.

Pendekatan ini lahir dari pengakuan bahwa sistem pangan global saat ini, yang didominasi oleh pertanian industrial berskala besar, menghadapi berbagai tantangan serius. Tantangan-tantangan tersebut meliputi degradasi tanah yang parah, hilangnya keanekaragaman hayati yang cepat, polusi air dan udara akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia berlebihan, ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta ketidakadilan sosial yang mencolok terhadap petani kecil dan buruh tani. Agroekonomi menawarkan kerangka kerja untuk mengatasi masalah-masalah ini dengan mengintegrasikan pengetahuan tradisional, ilmiah, dan praktik-praktik inovatif untuk menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan lokal dan global.

Definisi dan Ruang Lingkup Agroekonomi

Agroekonomi dapat didefinisikan sebagai penerapan konsep dan prinsip ekologi pada desain dan pengelolaan agrosistem yang berkelanjutan. Namun, definisi ini sering diperluas untuk mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mendefinisikan agroekonomi sebagai “pendekatan terintegrasi yang secara simultan menerapkan konsep dan prinsip ekologi dan sosial untuk merancang dan mengelola sistem pangan dan pertanian yang berkelanjutan dan adil.” Ini berarti bahwa agroekonomi tidak hanya mempertimbangkan bagaimana tanaman tumbuh di tanah, tetapi juga bagaimana manusia berinteraksi dengan tanah tersebut, bagaimana makanan didistribusikan, dan bagaimana keputusan dibuat dalam rantai makanan.

Ruang lingkup agroekonomi sangat luas dan mencakup beberapa aspek kunci:

Dengan demikian, agroekonomi bukan hanya seperangkat teknik pertanian, melainkan sebuah filosofi dan gerakan yang bertujuan untuk mentransformasi sistem pangan kita secara menyeluruh, dari cara kita menanam hingga cara kita mengonsumsi.

Prinsip-prinsip Kunci Agroekonomi

Agroekonomi didasarkan pada serangkaian prinsip yang memandu desain dan pengelolaan sistem pangan. Prinsip-prinsip ini saling terkait dan berfungsi sebagai kerangka kerja untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan. Meskipun ada berbagai rumusan, prinsip-prinsip inti umumnya meliputi:

1. Keanekaragaman (Diversity)

Prinsip keanekaragaman adalah salah satu pilar utama agroekonomi. Ini melibatkan peningkatan keanekaragaman hayati pada berbagai tingkatan—dari genetik (varietas tanaman dan ras hewan), spesies (polikultur, agroforestri), hingga ekosistem (lanskap pertanian yang beragam). Keanekaragaman ini tidak hanya terbatas pada tanaman dan hewan yang dibudidayakan, tetapi juga mencakup organisme tanah, serangga penyerbuk, musuh alami hama, dan vegetasi alami di sekitar lahan pertanian.

Dengan mempromosikan keanekaragaman, sistem agroekologi dapat menjadi lebih tangguh dan produktif. Misalnya, polikultur (menanam beberapa spesies tanaman bersamaan) dapat meningkatkan pemanfaatan nutrisi, menekan pertumbuhan gulma, dan mengurangi serangan hama karena kebingungan inang atau keberadaan musuh alami. Agroforestri, yang mengintegrasikan pohon, semak, tanaman pangan, dan/atau ternak, tidak hanya meningkatkan keanekaragaman hayati tetapi juga menyediakan berbagai produk dan jasa ekosistem seperti peneduh, pakan ternak, kayu bakar, dan peningkatan kesuburan tanah. Keanekaragaman genetik dalam satu spesies juga penting untuk ketahanan terhadap penyakit dan perubahan iklim, memastikan bahwa ada pilihan yang tersedia untuk adaptasi di masa depan.

2. Efisiensi dan Daur Ulang (Efficiency and Recycling)

Agroekonomi berupaya memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya dan meminimalkan input eksternal. Ini berarti mendaur ulang nutrisi sebanyak mungkin di dalam sistem. Contohnya termasuk penggunaan pupuk hijau, kompos dari sisa tanaman, dan pupuk kandang untuk mengembalikan bahan organik dan nutrisi ke tanah. Daur ulang air melalui sistem irigasi hemat air atau penampungan air hujan juga merupakan bagian dari prinsip ini.

Tujuannya adalah untuk menutup siklus nutrisi dan energi dalam agrosistem, mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia sintetis, pestisida, dan energi dari bahan bakar fosil. Dengan mengoptimalkan proses-proses alami, agroekonomi mengurangi jejak ekologis pertanian dan biaya produksi bagi petani. Ini juga mengurangi masalah polusi air dan emisi gas rumah kaca yang terkait dengan penggunaan input sintetis.

3. Ketahanan (Resilience)

Sistem agroekologi dirancang untuk menjadi tangguh terhadap guncangan eksternal seperti perubahan iklim, fluktuasi pasar, dan serangan hama atau penyakit. Ketahanan ini dicapai melalui keanekaragaman hayati, praktik pengelolaan tanah yang meningkatkan kesehatan tanah, dan diversifikasi sistem produksi. Sebagai contoh, petani yang menanam berbagai jenis tanaman atau memelihara berbagai jenis ternak akan lebih terlindungi jika salah satu komoditas gagal atau harga pasar anjlok.

Sistem dengan ketahanan tinggi mampu menyerap gangguan dan tetap berfungsi, atau dengan cepat pulih dari gangguan tersebut. Hal ini sangat penting di tengah tantangan perubahan iklim global yang menyebabkan pola cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens. Agroekonomi memberdayakan petani untuk membangun sistem yang dapat beradaptasi dan bertahan dalam kondisi yang tidak menentu.

4. Keadilan Sosial (Social Equity)

Agroekonomi tidak hanya tentang aspek ekologis, tetapi juga sangat peduli dengan keadilan sosial dalam sistem pangan. Ini mencakup hak-hak petani dan buruh tani, akses yang adil terhadap lahan dan sumber daya, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan harga yang adil untuk produk mereka. Agroekonomi mendukung model pertanian yang memberdayakan masyarakat lokal dan mengurangi kesenjangan antara produsen dan konsumen.

Prinsip ini menantang model pertanian industrial yang sering kali mengeksploitasi buruh dan meminggirkan petani kecil. Ini berupaya menciptakan sistem di mana semua aktor dalam rantai pangan menerima perlakuan yang adil dan memiliki kesempatan yang sama untuk kesejahteraan. Keadilan sosial juga mencakup aspek ketahanan pangan, memastikan bahwa semua orang memiliki akses terhadap makanan yang cukup, bergizi, dan aman.

5. Keterlibatan dan Partisipasi (Engagement and Participation)

Agroekonomi menekankan pentingnya pengetahuan lokal dan partisipasi aktif dari petani, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya dalam merancang dan mengimplementasikan sistem pangan. Ini bukan pendekatan "dari atas ke bawah" tetapi lebih merupakan proses kolaboratif yang menghargai kearifan lokal dan pengalaman praktis.

Melalui keterlibatan partisipatif, solusi yang dikembangkan lebih relevan secara lokal dan lebih mungkin untuk diadopsi dan berkelanjutan. Ini juga memperkuat kapasitas masyarakat untuk berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Pengetahuan ilmiah digabungkan dengan pengetahuan tradisional untuk menciptakan praktik-praktik terbaik yang sesuai dengan konteks sosial dan ekologis tertentu.

6. Keterhubungan (Connectivity)

Prinsip keterhubungan mengakui bahwa sistem pangan bukanlah entitas terisolasi, tetapi bagian dari lanskap yang lebih luas dan terhubung dengan berbagai ekosistem dan masyarakat. Ini mendorong integrasi komponen pertanian dengan lanskap sekitarnya, seperti hutan, sungai, dan daerah perkotaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan jaringan ekologis dan sosial yang berfungsi secara harmonis.

Keterhubungan juga mengacu pada hubungan antara produsen dan konsumen, antara daerah pedesaan dan perkotaan, serta antara berbagai aktor dalam rantai makanan. Dengan memperkuat hubungan ini, sistem pangan menjadi lebih transparan, akuntabel, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Ini juga dapat mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang asal-usul makanan dan dampak produksinya.

Jaring-jaring kehidupan yang kompleks, merepresentasikan keanekaragaman dan interkoneksi dalam ekosistem agroekologi.

Praktik-praktik Agroekonomi

Prinsip-prinsip agroekonomi diterjemahkan ke dalam berbagai praktik pertanian dan pengelolaan lahan. Praktik-praktik ini seringkali tumpang tindih dan dapat dikombinasikan untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut adalah beberapa praktik agroekonomi yang paling umum dan efektif:

1. Pertanian Konservasi (Conservation Agriculture)

Pertanian konservasi adalah pendekatan yang berfokus pada minimalisasi gangguan tanah, penutupan tanah permanen, dan diversifikasi tanaman. Tiga pilar utamanya adalah:

Pertanian konservasi sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan tanah, mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia, dan menghemat air, menjadikannya praktik kunci dalam agroekonomi untuk mencapai keberlanjutan lingkungan dan ekonomi jangka panjang.

2. Agroforestri (Agroforestry)

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang secara sengaja mengintegrasikan pohon dan semak dengan tanaman pertanian dan/atau ternak dalam sistem spasial atau temporal. Ini adalah praktik yang sangat beragam dan dapat mengambil banyak bentuk, seperti:

Manfaat agroforestri sangat banyak: meningkatkan keanekaragaman hayati, memperbaiki kesuburan tanah, mengurangi erosi, meningkatkan penyerapan karbon, menyediakan habitat bagi satwa liar, dan mendiversifikasi pendapatan petani dengan berbagai produk.

3. Pertanian Organik dan Biologis (Organic and Biological Farming)

Pertanian organik adalah sistem produksi yang menolak penggunaan pupuk dan pestisida sintetis, regulator pertumbuhan tanaman, dan aditif pakan ternak. Sebaliknya, ia mengandalkan praktik-praktik seperti rotasi tanaman, pupuk hijau, kompos, pengendalian hama hayati, dan pemeliharaan kesehatan tanah melalui bahan organik.

Pertanian biologis, seringkali tumpang tindih dengan organik, lebih menekankan pada peran organisme hidup di tanah (mikroba, cacing tanah) dan di atas tanah (serangga penyerbuk, musuh alami hama) untuk menjaga kesehatan ekosistem pertanian. Ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan biologis yang kaya dan aktif, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesuburan tanah dan ketahanan tanaman secara alami. Tujuan utamanya adalah untuk bekerja sama dengan alam, bukan melawannya.

4. Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Management - IPM)

IPM adalah pendekatan yang menggunakan kombinasi strategi untuk mengelola hama dengan cara yang paling efektif dan paling tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Ini dimulai dengan pencegahan dan pemantauan, dan hanya menggunakan intervensi kimia sebagai pilihan terakhir dan paling minimal. Strategi IPM meliputi:

IPM secara signifikan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang berbahaya, melindungi keanekaragaman hayati, dan mempromosikan ekosistem pertanian yang lebih sehat.

5. Konservasi Air (Water Conservation)

Agroekonomi sangat menekankan praktik-praktik yang menghemat air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian. Ini sangat krusial mengingat kelangkaan air di banyak wilayah dan meningkatnya tekanan akibat perubahan iklim. Praktik konservasi air meliputi:

Praktik-praktik ini tidak hanya menghemat air tetapi juga dapat mengurangi biaya energi untuk pemompaan air dan meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan.

6. Diversifikasi Sistem Pertanian (Farming System Diversification)

Ini melibatkan lebih dari sekadar rotasi tanaman; ini adalah strategi untuk meningkatkan keanekaragaman pada skala lahan pertanian secara keseluruhan. Contohnya termasuk:

Diversifikasi membantu menyebarkan risiko, meningkatkan produktivitas total per unit lahan, dan menciptakan ekosistem yang lebih seimbang dan tangguh.

Representasi struktur pertanian berlapis yang terintegrasi dan efisien.

Manfaat Agroekonomi

Penerapan prinsip dan praktik agroekonomi membawa sejumlah besar manfaat yang saling terkait, baik bagi lingkungan, masyarakat, maupun ekonomi.

1. Manfaat Lingkungan

2. Manfaat Sosial

3. Manfaat Ekonomi

Secara keseluruhan, agroekonomi menawarkan jalan menuju sistem pangan yang tidak hanya produktif, tetapi juga tangguh, adil, sehat, dan lestari.

Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Agroekonomi

Meskipun manfaat agroekonomi sangat jelas, transisi menuju sistem pangan agroekologi tidak tanpa tantangan. Namun, setiap tantangan juga membuka peluang baru untuk inovasi dan perubahan.

1. Tantangan

2. Peluang

Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, tantangan-tantangan ini dapat diatasi, memungkinkan agroekonomi untuk berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap masa depan pangan dan pertanian global.

Ilustrasi keseimbangan yang diperlukan antara tantangan dan peluang dalam membangun sistem pangan yang berkelanjutan.

Agroekonomi di Indonesia

Indonesia, dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan warisan pertanian tradisionalnya, memiliki potensi besar untuk mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip agroekonomi. Praktik-praktik pertanian berkelanjutan telah menjadi bagian integral dari budaya pertanian di banyak komunitas adat di seluruh nusantara. Namun, tantangan modernisasi dan dominasi pertanian industrial juga sangat terasa.

Potensi dan Kekuatan

Tantangan Spesifik di Indonesia

Arah ke Depan dan Rekomendasi

Untuk memajukan agroekonomi di Indonesia, diperlukan pendekatan multifaset:

  1. Penguatan Kebijakan: Mengembangkan kebijakan pertanian yang mendukung transisi agroekologi, termasuk insentif untuk petani, dukungan penelitian, perlindungan lahan pertanian, dan promosi pasar yang adil.
  2. Pendidikan dan Kapasitas Petani: Program pelatihan dan penyuluhan yang efektif tentang praktik agroekologi harus diperluas, dengan melibatkan petani sebagai inovator dan penyebar pengetahuan.
  3. Penelitian dan Pengembangan: Investasi dalam penelitian agroekologi yang relevan dengan konteks Indonesia, termasuk studi tentang varietas lokal, manajemen hama hayati, dan sistem agroforestri yang adaptif.
  4. Pembangunan Jaringan dan Pasar Alternatif: Mendukung pengembangan pasar petani, CSA, dan platform e-commerce yang menghubungkan petani agroekologi langsung dengan konsumen.
  5. Pengakuan dan Dukungan Kearifan Lokal: Mengakui dan melestarikan praktik-praktik pertanian tradisional yang berkelanjutan, serta memberdayakan komunitas adat dalam pengelolaan sumber daya mereka.
  6. Integrasi Lintas Sektor: Agroekonomi perlu diintegrasikan ke dalam kebijakan pembangunan pedesaan, lingkungan, kesehatan, dan pendidikan untuk menciptakan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.

Indonesia memiliki modal sosial dan ekologis yang kuat untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan agroekonomi di tingkat regional dan global, asalkan ada komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan untuk mendukung transisi ini.

Peran Konsumen dalam Mendukung Agroekonomi

Transisi menuju sistem pangan agroekologis tidak hanya menjadi tanggung jawab petani dan pembuat kebijakan. Konsumen memegang peran yang sangat krusial dalam membentuk permintaan pasar dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk praktik-praktik berkelanjutan. Setiap pilihan konsumsi adalah sebuah suara yang dapat memengaruhi arah sistem pangan di masa depan.

1. Memahami Asal-usul Makanan

Langkah pertama bagi konsumen adalah menjadi lebih sadar tentang dari mana makanan mereka berasal, bagaimana makanan itu diproduksi, dan siapa yang memproduksinya. Pengetahuan ini membantu konsumen membuat keputusan yang lebih tepat dan mendukung sistem yang lebih transparan dan bertanggung jawab.

2. Memilih Produk Lokal dan Musiman

Mendukung petani lokal adalah salah satu cara paling langsung untuk mempromosikan agroekonomi. Produk lokal seringkali memiliki jejak karbon yang lebih rendah karena jarak tempuh yang lebih pendek, dan biasanya diproduksi oleh petani kecil yang lebih cenderung menerapkan praktik berkelanjutan. Membeli produk musiman juga berarti mendukung siklus alami dan keanekaragaman.

3. Mendukung Pertanian Organik dan Adil

Ketika tersedia, memilih produk yang bersertifikat organik atau fair trade (perdagangan adil) adalah cara untuk memastikan bahwa makanan Anda diproduksi dengan standar lingkungan dan sosial yang tinggi. Sertifikasi ini, meskipun tidak selalu sempurna, memberikan indikasi bahwa praktik-praktik yang lebih berkelanjutan telah diterapkan.

4. Mengurangi Limbah Makanan

Limbah makanan adalah masalah besar dalam sistem pangan global, membuang sumber daya yang berharga dan berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Konsumen dapat berkontribusi dengan merencanakan pembelian, menyimpan makanan dengan benar, menggunakan sisa makanan secara kreatif, dan mengompos sisa-sisa organik.

5. Diversifikasi Pola Konsumsi

Mengonsumsi berbagai jenis makanan, terutama varietas lokal dan kurang dikenal, membantu mendukung keanekaragaman hayati pertanian. Ketergantungan pada beberapa komoditas utama dapat mengurangi insentif bagi petani untuk menanam tanaman yang lebih beragam.

6. Membangun Hubungan dengan Petani

Terlibat langsung dengan petani melalui pasar petani, program CSA (Community Supported Agriculture), atau kunjungan ke pertanian dapat membangun jembatan antara produsen dan konsumen. Hubungan ini memperkuat kepercayaan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tantangan pertanian, dan seringkali mengarah pada dukungan yang lebih kuat terhadap praktik berkelanjutan.

7. Advokasi dan Pendidikan

Konsumen juga dapat menjadi advokat untuk sistem pangan yang lebih baik dengan mendidik diri sendiri dan orang lain, mendukung kebijakan yang mempromosikan agroekonomi, dan berpartisipasi dalam gerakan makanan lokal atau berkelanjutan.

Dengan secara sadar memilih bagaimana, apa, dan dari siapa mereka membeli makanan, konsumen memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan sistem pangan kita, mendorongnya menuju model yang lebih berkelanjutan, adil, dan ramah lingkungan seperti yang diusung oleh agroekonomi.

Masa Depan Agroekonomi

Masa depan agroekonomi terlihat semakin cerah, didorong oleh kebutuhan mendesak untuk mengatasi krisis iklim, ketahanan pangan, dan degradasi lingkungan. Semakin banyak negara, organisasi internasional, dan komunitas yang mengakui bahwa agroekonomi bukan hanya alternatif, tetapi solusi penting untuk membangun sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi planet dan penghuninya.

1. Peningkatan Pengakuan Global

Organisasi-organisasi seperti FAO, UN Environment Programme (UNEP), dan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) semakin menyoroti peran sentral agroekonomi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pengakuan ini diterjemahkan menjadi rekomendasi kebijakan dan investasi yang lebih besar untuk penelitian dan implementasi agroekologi di seluruh dunia.

2. Inovasi Berkelanjutan

Penelitian terus mengembangkan pemahaman kita tentang bagaimana ekosistem pertanian bekerja dan bagaimana praktik-praktik agroekologi dapat dioptimalkan di berbagai konteks. Ini mencakup inovasi dalam bioteknologi yang berfokus pada varietas tanaman tahan penyakit dan adaptif iklim, tanpa mengandalkan input kimia berbahaya, serta teknologi digital yang membantu petani memantau kondisi lahan dan mengambil keputusan yang lebih baik.

3. Pergeseran Kebijakan dan Investasi

Tekanan dari masyarakat sipil, ilmuwan, dan bahkan beberapa sektor industri pangan mulai mendorong pemerintah untuk merevisi kebijakan pertanian. Ini dapat mencakup pengalihan subsidi dari pertanian industrial ke praktik agroekologi, pengembangan kerangka regulasi yang mendukung petani kecil, dan investasi dalam infrastruktur untuk pasar pangan lokal.

4. Penguatan Jaringan Petani dan Konsumen

Gerakan akar rumput yang mendukung agroekonomi terus tumbuh, memperkuat jaringan antara petani, konsumen, peneliti, dan advokat. Jaringan ini sangat penting untuk berbagi pengetahuan, membangun solidaritas, dan menciptakan sistem pangan alternatif yang tangguh dan adil.

5. Pendidikan dan Kesadaran yang Lebih Luas

Integrasi prinsip-prinsip agroekonomi ke dalam kurikulum pendidikan formal dan informal akan meningkatkan kesadaran publik dan melatih generasi baru petani, ilmuwan, dan pembuat kebijakan yang memahami nilai dan praktik-praktik berkelanjutan. Kampanye kesadaran konsumen juga akan terus memainkan peran penting dalam menggeser pola permintaan.

Meskipun jalan menuju transformasi sistem pangan global masih panjang dan penuh tantangan, momentum untuk agroekonomi terus meningkat. Dengan pendekatan yang holistik, partisipatif, dan berbasis ekologi, agroekonomi menawarkan visi yang kuat untuk masa depan di mana pangan yang cukup, bergizi, dan adil dapat diproduksi secara berkelanjutan, selaras dengan kesehatan planet kita.

Kesimpulan

Agroekonomi lebih dari sekadar seperangkat teknik pertanian; ia adalah sebuah filosofi, ilmu, dan gerakan sosial yang bertujuan untuk menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan, adil, dan tangguh. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi, sosial, dan ekonomi, agroekonomi menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi tantangan lingkungan global, ketidakadilan sosial, dan ketahanan pangan.

Melalui praktik-praktik seperti pertanian konservasi, agroforestri, pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan diversifikasi sistem, agroekonomi berupaya memulihkan kesehatan tanah, melestarikan air, meningkatkan keanekaragaman hayati, mengurangi polusi, dan memitigasi serta beradaptasi dengan perubahan iklim. Pada saat yang sama, ia memberdayakan petani, menciptakan peluang ekonomi lokal, dan membangun komunitas yang lebih kuat dan berdaulat pangan.

Meskipun tantangan dalam transisi menuju sistem agroekologi tidak bisa diabaikan—termasuk kebutuhan akan perubahan pola pikir, dukungan kebijakan, dan akses pasar—peluang untuk inovasi, pertumbuhan ekonomi hijau, dan peningkatan kualitas hidup sangatlah besar. Di Indonesia, kekayaan kearifan lokal dan keanekaragaman hayati memberikan fondasi yang kokoh untuk pengembangan agroekonomi, meskipun diperlukan upaya kolektif dari pemerintah, petani, konsumen, dan masyarakat sipil.

Pada akhirnya, masa depan pangan dan kesejahteraan planet kita bergantung pada kemampuan kita untuk mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dan bertanggung jawab terhadap pertanian. Agroekonomi menawarkan peta jalan yang jelas menuju masa depan tersebut—masa depan di mana produksi makanan tidak lagi merusak bumi, melainkan memperkaya dan melestarikannya, sambil memastikan setiap orang memiliki akses terhadap makanan yang sehat dan bergizi.

Ini adalah seruan untuk aksi kolektif, untuk bertani dengan cara yang menghargai alam, menyeimbangkan ekosistem, dan menyejahterakan masyarakat. Agroekonomi adalah jawaban atas panggilan tersebut, menjanjikan sistem pangan yang harmonis dengan kehidupan dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.