Arasy Allah: Singgasana Agung, Keagungan, dan Misterinya

Representasi Abstrak Keagungan Arasy Allah Sebuah penggambaran abstrak yang memancarkan cahaya biru dan putih, melambangkan kemegahan, ketinggian, dan transendensi Arasy Allah. Pusat cahaya yang bersinar dikelilingi oleh pola spiral yang menggambarkan tatanan ilahi dan alam semesta, dengan titik-titik kecil menyerupai bintang-bintang di kejauhan.
Arasy Allah: Singgasana Agung yang Melampaui Pemahaman Manusia. Sebuah simbol keagungan dan kekuasaan Allah yang tiada tara.

Pendahuluan: Sekilas Tentang Keagungan Arasy Allah

Dalam khazanah keimanan Islam, terdapat banyak konsep yang mengundang kekaguman dan perenungan mendalam tentang kebesaran Allah SWT. Salah satunya adalah Arasy. Kata 'Arasy' seringkali diterjemahkan sebagai 'Singgasana' atau 'Takhta', namun pemahaman mengenai hakikatnya jauh melampaui makna harfiah sebuah singgasana duniawi. Arasy adalah ciptaan Allah yang paling agung, yang melambangkan kekuasaan, kedaulatan, dan keesaan-Nya yang mutlak. Ia adalah sebuah entitas yang begitu besar dan luas, sehingga seluruh alam semesta—termasuk langit dan bumi beserta segala isinya—terasa kecil di hadapannya.

Memahami Arasy bukan berarti mencoba membayangkan bentuk fisiknya secara konkret atau membandingkannya dengan sesuatu yang kita kenal di dunia ini, karena Allah SWT sendiri menegaskan bahwa "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia" (QS. Asy-Syura: 11). Sebaliknya, pemahaman tentang Arasy adalah sebuah pintu untuk menyelami lebih dalam keagungan Pencipta, untuk menumbuhkan rasa takzim, cinta, dan ketakutan (khauf) kepada-Nya. Ia adalah penanda kebesaran-Nya yang tak terbatas, yang mengukuhkan keyakinan kita bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman kekuasaan-Nya.

Artikel ini akan membawa kita menyelami berbagai aspek mengenai Arasy, mulai dari definisinya, dalil-dalil yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW, karakteristiknya, hingga makna spiritual yang dapat kita petik dari keimanan terhadapnya. Kita akan mencoba memahami misteri di balik ciptaan yang maha agung ini, bukan untuk menguak 'bagaimana'nya, melainkan untuk memperkuat 'mengapa' kita harus beriman kepadanya sebagai bagian integral dari akidah Islam. Semoga pembahasan ini dapat meningkatkan kecintaan kita kepada Allah dan memperkokoh keimanan kita kepada-Nya.

Definisi dan Latar Belakang Arasy

Untuk memahami Arasy, ada baiknya kita mulai dari akar katanya dan bagaimana ia dipahami dalam konteks syariat Islam.

1. Pengertian Linguistik Arasy

Secara etimologi, kata 'Arasy' (الْعَرْشُ) dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, di antaranya:

  • Singgasana atau Takhta: Ini adalah makna yang paling umum dan dikenal. Merujuk pada kursi raja atau penguasa.
  • Atap atau Langit-langit: Dapat juga berarti struktur yang menutupi atau melingkupi sesuatu dari atas.
  • Pondasi atau Pilar: Kadang-kadang juga diartikan sebagai tiang atau fondasi sesuatu.
  • Kerajaan atau Kekuasaan: Dalam konteks figuratif, Arasy bisa merujuk pada kekuasaan atau dominasi seorang raja.

Dalam konteks Al-Qur'an dan Hadis, makna 'singgasana' atau 'takhta' adalah yang paling relevan, namun dengan pemahaman bahwa Arasy Allah jauh melampaui singgasana makhluk.

2. Arasy dalam Konteks Syariat Islam

Dalam syariat Islam, Arasy adalah salah satu ciptaan Allah yang paling besar, mulia, dan agung. Ia adalah puncak tertinggi dari seluruh alam semesta yang diciptakan Allah. Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah meyakini Arasy sebagai entitas fisik yang nyata, bukan sekadar simbol kekuasaan semata, meskipun hakikat dan wujudnya tidak dapat kita pahami sepenuhnya dengan akal terbatas kita. Ia adalah 'singgasana' bagi Allah SWT, di mana Allah 'istiwa' (bersemayam) di atasnya dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupai makhluk, tanpa 'bagaimana' (kaifiyah), dan tanpa dibatasi oleh ruang atau waktu.

Arasy disebutkan dalam Al-Qur'an di banyak tempat, seringkali bersamaan dengan penyebutan kekuasaan dan kedaulatan Allah yang mutlak atas segala sesuatu. Ia adalah bukti nyata dari kebesaran dan kemuliaan Sang Pencipta. Mengimani Arasy adalah bagian dari keimanan kepada hal-hal gaib yang wajib diyakini oleh setiap muslim.

Arasy dalam Al-Qur'an: Cahaya Wahyu yang Memandu

Al-Qur'an, sebagai kalamullah, adalah sumber utama bagi kita untuk memahami Arasy. Banyak ayat yang secara eksplisit menyebutkan Arasy, seringkali dalam konteks penegasan kekuasaan, keesaan, dan pengaturan Allah atas alam semesta.

1. Ayat-ayat tentang Istiwa' ala al-Arasy

Salah satu tema yang paling sering terkait dengan Arasy adalah konsep 'Istiwa' (استوى) Allah di atasnya. Allah SWT menyebutkan diri-Nya 'istiwa' di atas Arasy dalam tujuh ayat Al-Qur'an, yang semuanya memiliki makna yang sama yaitu tentang ketinggian, keagungan, dan kekuasaan-Nya. Berikut adalah beberapa di antaranya:

a. Surat Al-A'raf Ayat 54

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, segala penciptaan dan urusan adalah hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-A'raf: 54)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini adalah salah satu ayat yang paling fundamental dalam menjelaskan konsep Arasy dan Istiwa'. Allah memulai dengan menegaskan kekuasaan-Nya sebagai Pencipta langit dan bumi dalam enam masa, menunjukkan kesempurnaan dan kebijaksanaan dalam penciptaan. Kemudian disebutkan 'tsumma istawa 'ala al-Arsy', yaitu 'kemudian Dia bersemayam di atas Arasy'. Ini bukanlah semayam seperti duduknya makhluk, melainkan semayam yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah, tanpa perlu bertanya 'bagaimana'. Imam Malik bin Anas, ketika ditanya tentang kaifiyah (bagaimana) Istiwa', menjawab, "Istiwa' itu diketahui, kaifiyahnya tidak diketahui, beriman kepadanya wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid'ah." Ini adalah prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah: menetapkan sifat tanpa mentasybihkan (menyerupakan dengan makhluk) dan tanpa mentakyifkan (menanyakan kaifiyahnya). Ayat ini selanjutnya mengukuhkan bahwa segala penciptaan dan urusan adalah hak Allah semata, Arasy menjadi simbol pusat kendali dan kedaulatan-Nya atas seluruh alam.

b. Surat Yunus Ayat 3

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِن بَعْدِ إِذْنِهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Yunus: 3)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini mengulang penegasan penciptaan dan istiwa' di atas Arasy, namun menambahkan frasa "يُدَبِّرُ الْأَمْرَ" (Dia mengatur segala urusan). Ini menunjukkan bahwa dari Arasy-lah Allah mengatur dan mengelola seluruh alam semesta. Ketinggian Arasy menjadi simbol ketinggian kekuasaan-Nya dalam mengatur segala sesuatu, dari yang terkecil hingga terbesar, dari nasib atom hingga nasib galaksi. Kemudian, ayat ini menyinggung tentang syafaat, menegaskan bahwa tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin-Nya, semakin mengukuhkan otoritas mutlak Allah yang bersemayam di Arasy-Nya. Ini adalah ajakan untuk bertauhid, menyembah hanya kepada-Nya, karena Dialah penguasa dan pengatur segala sesuatu.

c. Surat Ar-Ra'd Ayat 2

اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُم بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

"Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan Dia menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu meyakini pertemuan (dengan) Tuhanmu." (QS. Ar-Ra'd: 2)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini menyoroti kekuasaan Allah dalam mengangkat langit tanpa tiang yang terlihat, sebuah fenomena yang hingga kini masih menjadi tanda kebesaran-Nya bagi ilmu pengetahuan. Kemudian disebutkan istiwa' di atas Arasy, lalu penundukan matahari dan bulan. Pengaturan alam semesta yang presisi ini, dari orbit benda-benda langit hingga segala urusan makhluk, semuanya berasal dari Arasy. Tujuannya adalah agar manusia dapat mengambil pelajaran dan meyakini adanya hari kebangkitan dan pertemuan dengan Allah. Ini mengaitkan keimanan terhadap Arasy dengan keimanan terhadap hari akhir, menunjukkan bahwa Tuhan yang mampu menciptakan dan mengatur Arasy serta alam semesta yang luas ini, pasti mampu membangkitkan kembali manusia dari kuburnya.

d. Surat Thaha Ayat 5

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

"(Dialah) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arasy." (QS. Thaha: 5)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini secara singkat namun padat menegaskan sifat Allah Yang Maha Pengasih (Ar-Rahman) yang bersemayam di atas Arasy. Penggunaan nama 'Ar-Rahman' di sini sangat signifikan. Ini menunjukkan bahwa meskipun Arasy adalah simbol kekuasaan dan keagungan mutlak, Allah yang bersemayam di atasnya adalah Yang Maha Pengasih. Kasih sayang-Nya melingkupi segala sesuatu, bahkan dalam pengaturan dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Hal ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan Allah tidaklah sewenang-wenang, melainkan dilandasi oleh rahmat dan hikmah yang sempurna. Ayat ini adalah salah satu yang paling sering dikutip dalam perdebatan tentang Istiwa', dan jawabannya tetap sama: ditetapkan tanpa bertanya 'bagaimana' dan tanpa menyerupai.

2. Ayat-ayat tentang Keagungan dan Keberadaan Arasy

Selain ayat-ayat tentang Istiwa', terdapat pula ayat-ayat yang secara spesifik menyoroti keagungan Arasy itu sendiri dan perannya dalam alam semesta.

a. Surat Al-Mukminun Ayat 86

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

"Katakanlah, 'Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arasy yang agung?'" (QS. Al-Mukminun: 86)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini adalah bentuk pertanyaan retoris yang dimaksudkan untuk menegaskan keesaan Allah. Setelah menyebutkan 'langit yang tujuh', Allah secara khusus menyebutkan 'Arasy yang agung' (الْعَرْشِ الْعَظِيمِ). Ini menunjukkan bahwa Arasy adalah ciptaan yang lebih agung daripada langit yang tujuh. Jika manusia saja mengakui keagungan langit, maka Arasy yang disebut 'agung' oleh Allah sendiri, pasti jauh lebih agung dan tak terbayangkan kebesarannya. Penekanan pada 'agung' adalah untuk menanamkan rasa kagum dan hormat terhadap Sang Pemilik Arasy, yaitu Allah SWT.

b. Surat An-Naml Ayat 26

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

"Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang agung." (QS. An-Naml: 26)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini adalah bagian dari kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, di mana burung Hudhud melaporkan bahwa Ratu Balqis dan kaumnya menyembah matahari. Untuk menegaskan kebatilan penyembahan selain Allah, ayat ini menyatakan bahwa hanya Allah yang layak disembah, dan Dia adalah 'Rabbul 'Arsyil 'Adhim' (Tuhan Arasy yang agung). Ini merupakan penegasan tauhid yang kuat, bahwa Sang Pencipta dan Penguasa Arasy yang maha agung adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Keagungan Arasy menjadi bukti keagungan dan keesaan Pemiliknya.

c. Surat Az-Zumar Ayat 75

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arasy bertasbih seraya memuji Tuhan mereka; dan diberi putusan di antara mereka (manusia) dengan adil, dan diucapkan: 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam'." (QS. Az-Zumar: 75)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini menggambarkan pemandangan di Hari Kiamat, di mana para malaikat mengelilingi Arasy, bertasbih dan memuji Allah. Ini menunjukkan betapa Arasy adalah pusat perhatian bahkan bagi para malaikat di Hari Perhitungan. Kehadiran malaikat-malaikat dalam jumlah besar di sekeliling Arasy menegaskan keutamaan dan kedudukannya yang sangat tinggi. Mereka senantiasa dalam keadaan ibadah, mengagungkan Tuhan mereka yang bersemayam di atas Arasy. Ini juga mengisyaratkan bahwa keadilan ilahi akan ditegakkan dari 'tempat' kekuasaan tertinggi, yaitu Arasy.

d. Surat Ghafir Ayat 7

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

"(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan-nya, beriman kepada-Nya dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): 'Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala'." (QS. Ghafir: 7)

Tafsir dan Penjelasan: Ayat ini memberikan gambaran yang lebih detail tentang para malaikat pembawa Arasy. Mereka tidak hanya memikul Arasy, tetapi juga bertasbih, beriman, dan bahkan memohonkan ampunan bagi orang-orang beriman. Ini menunjukkan kedekatan mereka dengan Allah dan peran penting Arasy dalam sistem ilahi. Doa para malaikat ini, yang diucapkan di dekat Arasy, adalah doa yang sangat berharga bagi umat manusia. Doa tersebut juga mengungkapkan keagungan Allah yang rahmat dan ilmunya meliputi segala sesuatu. Ini semakin menegaskan bahwa Arasy adalah pusat dari rahmat dan kekuasaan ilahi yang tak terbatas.

Dari berbagai ayat di atas, jelaslah bahwa Arasy adalah ciptaan yang sangat istimewa, menjadi simbol kekuasaan, kedaulatan, dan keagungan Allah SWT. Konsep 'Istiwa' di atasnya adalah penegasan bahwa Allah Maha Tinggi dan menguasai seluruh alam, tanpa menyerupai atau membutuhkan Arasy itu sendiri. Keyakinan ini mengukuhkan tauhid dan menumbuhkan rasa takzim yang mendalam kepada Allah.

Arasy dalam Sunnah Nabi: Penjelasan dari Sumber Kedua

Setelah Al-Qur'an, Hadis Nabi Muhammad SAW adalah sumber kedua yang memberikan penjelasan tentang Arasy. Hadis-hadis ini seringkali memberikan detail yang lebih spesifik mengenai ukuran, pembawa, dan perannya dalam penciptaan.

1. Arasy sebagai Ciptaan Paling Agung

Banyak hadis yang mengindikasikan bahwa Arasy adalah ciptaan Allah yang paling besar dan luas, melampaui segala sesuatu yang lain.

Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Aku masuk masjid dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di dalamnya. Lalu beliau bersabda, 'Wahai Abu Dzar, shalatlah dua rakaat.' Aku pun shalat dua rakaat. Kemudian beliau bersabda, 'Wahai Abu Dzar, apakah kamu shalat?' Aku menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Mintalah perlindungan kepada Allah dari keburukan setan-setan manusia dan jin.' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah setan itu ada pada manusia?' Beliau bersabda, 'Ya.' Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan Kursi? Apakah itu seperti kubah di atas langit?' Beliau menjawab, 'Arasy itu lebih besar dari itu. Tidaklah langit yang tujuh beserta bumi dan segala isinya dibandingkan Kursi melainkan seperti cincin yang dilemparkan di padang pasir yang luas. Dan keutamaan Arasy di atas Kursi adalah seperti keutamaan padang pasir itu atas cincin tersebut.'

(Hadis riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, disahihkan oleh Al-Albani)

Penjelasan: Hadis ini adalah salah satu yang paling sering dikutip untuk menggambarkan ukuran Arasy yang luar biasa. Ia membandingkan langit dan bumi dengan Kursi, lalu membandingkan Kursi dengan Arasy. Perbandingan cincin yang dilemparkan di padang pasir yang luas secara visual memberikan gambaran betapa kecilnya seluruh alam semesta jika dibandingkan dengan Kursi, apalagi Arasy. Ini menunjukkan bahwa Arasy adalah ciptaan terluas dan terbesar yang pernah ada, melampaui batas imajinasi manusia.

2. Arasy Adalah Atap Seluruh Ciptaan

Dalam beberapa riwayat, Arasy disebutkan sebagai atap atau batas tertinggi dari seluruh alam semesta.

Dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: 'Jika kalian memohon kepada Allah, maka mintalah Al-Firdaus, karena sesungguhnya ia adalah bagian tengah surga dan yang paling tinggi, dan di atasnya ada Arasy Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih), dan darinya memancar sungai-sungai surga.'"

(Hadis riwayat Bukhari)

Penjelasan: Hadis ini mengaitkan Arasy dengan surga Al-Firdaus, menunjukkan bahwa Arasy berada di atas surga tertinggi sekalipun. Ini mengukuhkan posisinya sebagai atap atau batas tertinggi dari seluruh ciptaan, termasuk surga. Pernyataan bahwa dari Arasy memancar sungai-sungai surga menunjukkan bahwa Arasy adalah sumber berkah dan rahmat ilahi yang mengalir ke seluruh ciptaan, termasuk surga.

3. Malaikat Pembawa Arasy

Al-Qur'an telah menyebutkan malaikat-malaikat yang memikul Arasy. Hadis memberikan detail lebih lanjut mengenai ukuran dan jumlah mereka.

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: 'Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang salah satu malaikat pemikul Arasy. Sesungguhnya antara cuping telinganya hingga pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun.'"

(Hadis riwayat Abu Dawud, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Penjelasan: Hadis ini menggambarkan ukuran malaikat pembawa Arasy yang begitu kolosal, hingga jarak antara cuping telinga dan pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun. Ini bukan hanya menunjukkan ukuran fisik malaikat yang luar biasa besar, tetapi juga untuk memberikan gambaran tidak langsung tentang kebesaran Arasy yang mereka pikul. Jika pembawanya saja sebesar itu, maka Arasy yang mereka pikul pasti jauh lebih agung lagi. Ini mengukuhkan bahwa segala sesuatu yang terkait dengan Arasy bersifat luar biasa dan melampaui pemahaman manusia.

4. Penciptaan Arasy dan Pena (Al-Qalam)

Beberapa hadis menjelaskan bahwa Arasy adalah salah satu ciptaan pertama Allah, bahkan sebelum langit dan bumi.

Dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Allah telah mencatat takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.' Beliau bersabda: 'Dan Arasy-Nya berada di atas air.'"

(Hadis riwayat Muslim)

Penjelasan: Hadis ini sangat penting karena mengaitkan Arasy dengan penciptaan takdir dan keberadaannya yang sangat awal. Sebelum penciptaan langit dan bumi, Arasy sudah ada, dan ia berada di atas air. Ini menegaskan bahwa Arasy adalah salah satu ciptaan pertama, menjadi saksi bagi pena (Al-Qalam) yang mencatat takdir segala sesuatu. Keberadaan Arasy di atas air sebelum penciptaan lainnya menunjukkan kedudukannya yang fundamental dalam tatanan alam semesta.

Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya hal pertama yang Allah ciptakan adalah Pena. Lalu Dia berfirman kepadanya: 'Tulislah!' Pena bertanya: 'Apa yang akan aku tulis?' Allah berfirman: 'Tulislah takdir segala sesuatu sampai Hari Kiamat.' Kemudian setelah itu Allah menciptakan Arasy, dan Arasy-Nya berada di atas air.'"

(Hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi)

Penjelasan: Hadis ini memperkuat informasi sebelumnya, menempatkan penciptaan Pena sebagai yang pertama, kemudian diikuti oleh Arasy. Urutan ini penting: Pena menulis takdir, dan Arasy adalah tempat di mana ketentuan-ketentuan ilahi ini diumumkan atau disaksikan. Posisi Arasy di atas air menunjukkan substansi awal penciptaan sebelum pembentukan langit dan bumi, menegaskan bahwa Arasy telah ada sejak permulaan segala sesuatu.

5. Arasy sebagai Tempat Berlindung di Hari Kiamat

Di Hari Kiamat, ketika matahari didekatkan dan tidak ada naungan kecuali naungan Allah, Arasy akan menjadi tempat perlindungan bagi golongan tertentu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Tuhannya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita cantik dan berkedudukan lalu ia berkata: 'Aku takut kepada Allah', seorang laki-laki yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam kesendirian lalu meneteskan air mata.'"

(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Penjelasan: Meskipun hadis ini tidak secara eksplisit menyebutkan 'naungan Arasy', para ulama sepakat bahwa 'naungan-Nya' yang dimaksud adalah naungan Arasy Allah. Ini menunjukkan betapa mulianya Arasy dan fungsinya sebagai tempat perlindungan dari dahsyatnya panas Hari Kiamat. Ini juga memberikan motivasi bagi umat Islam untuk menjadi bagian dari tujuh golongan tersebut, menunjukkan bahwa iman dan amal saleh akan mengantarkan pada perlindungan ilahi di bawah Arasy.

Dari Hadis-hadis ini, kita mendapatkan gambaran yang lebih konkret, meskipun tetap dalam batasan pemahaman manusia, tentang Arasy. Ia adalah ciptaan yang maha besar, berada di atas segala-galanya, menjadi saksi pencatatan takdir, dan berfungsi sebagai tempat perlindungan ilahi. Semua ini semakin menguatkan keimanan kita kepada Allah yang memiliki kekuasaan dan keagungan yang tak terbatas.

Sifat-sifat dan Karakteristik Arasy

Setelah meninjau dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah, kita dapat merangkum beberapa sifat dan karakteristik Arasy yang menjadikannya unik dan agung:

1. Ciptaan Terbesar dan Terluas

Seperti yang telah dijelaskan dalam hadis tentang perbandingan Kursi dan Arasy, ia adalah ciptaan terbesar Allah. Keberadaannya melampaui dimensi ruang yang kita kenal. Tidak ada ciptaan lain yang menyamai keagungan dan luasnya.

2. Berada di Atas Seluruh Ciptaan

Arasy adalah atap tertinggi bagi alam semesta, berada di atas langit yang ketujuh, dan bahkan di atas surga Al-Firdaus. Ini menunjukkan ketinggian dan posisinya yang tak tertandingi dalam tatanan makrokosmos.

3. Merupakan Sumber Cahaya

Meskipun tidak disebutkan secara langsung sebagai terbuat dari cahaya, Arasy seringkali dikaitkan dengan cahaya dalam beberapa riwayat dan tafsir, menggambarkan kemuliaan dan keindahannya yang tak terlukiskan. Cahaya yang menyelimutinya mungkin bukan cahaya fisik seperti yang kita pahami, melainkan cahaya ilahi yang melambangkan kesucian dan kemuliaan.

4. Berada di Atas Air

Hadis-hadis Nabi SAW secara jelas menyebutkan bahwa Arasy berada di atas air sebelum penciptaan langit dan bumi. Ini menunjukkan substansi air sebagai salah satu elemen fundamental dalam penciptaan awal, dan Arasy berada di atasnya sebagai tanda kemuliaan. Hakikat air ini tidak perlu dipertanyakan lebih lanjut, karena itu adalah hal gaib yang hanya diketahui Allah.

5. Dipikul oleh Malaikat

Sebagaimana disebutkan dalam QS. Ghafir ayat 7 dan hadis-hadis, ada malaikat-malaikat yang memikul Arasy. Jumlah mereka adalah delapan pada Hari Kiamat, meskipun jumlahnya sebelum itu bisa jadi berbeda. Ukuran mereka sangat besar, menunjukkan betapa berat dan agungnya Arasy itu sendiri.

6. Bersaksi dan Menjadi Pusat Pengaturan Urusan

Arasy bukan sekadar benda mati. Ia disebutkan sebagai saksi bagi pencatatan takdir oleh Pena. Ayat-ayat Al-Qur'an juga menegaskan bahwa dari Arasy-lah Allah mengatur segala urusan alam semesta ("يُدَبِّرُ الْأَمْرَ"). Ini adalah pusat kendali ilahi, di mana segala ketetapan dan arahan ilahi berasal, meskipun Allah tidak terikat pada Arasy atau membutuhkan Arasy untuk mengatur. Arasy adalah manifestasi kekuasaan-Nya, bukan batas bagi-Nya.

7. Termasuk Hal Gaib yang Wajib Diimani

Seperti halnya surga, neraka, malaikat, dan jin, Arasy adalah bagian dari alam gaib yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra atau akal manusia sepenuhnya. Keimanan terhadap Arasy adalah bagian dari rukun iman, yaitu beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Kita mengimaninya sebagaimana adanya, tanpa takwil (mengubah makna) atau ta'thil (menafikan sifat).

Karakteristik-karakteristik ini secara kolektif melukiskan Arasy sebagai ciptaan yang unik, fundamental, dan tak tertandingi dalam keagungannya, berfungsi sebagai simbol utama dari kekuasaan, kedaulatan, dan keesaan Allah SWT.

Konsep "Istiwa' ala al-Arasy": Melampaui Pemahaman Fisik

Konsep 'Istiwa' (استوى) Allah di atas Arasy adalah salah satu poin teologis yang paling penting dan seringkali disalahpahami dalam Islam. Penting untuk memahami makna yang benar menurut akidah Ahlussunnah wal Jama'ah.

1. Makna Istiwa' Menurut Ahlussunnah wal Jama'ah

Kata 'Istiwa' secara bahasa memiliki beberapa makna, seperti: naik, tegak lurus, stabil, sempurna, atau bersemayam. Namun, ketika disandarkan kepada Allah, maknanya harus dipahami dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupai makhluk.

Pendapat yang dipegang teguh oleh mayoritas ulama salaf (generasi awal Islam) dan khalaf (generasi setelahnya) dari Ahlussunnah wal Jama'ah adalah sebagai berikut:

  • Menetapkan Istiwa': Kita mengimani bahwa Allah benar-benar bersemayam di atas Arasy, sebagaimana yang Allah sendiri firmankan dalam Al-Qur'an. Ini adalah sifat Allah yang harus ditetapkan.
  • Tanpa Tasybih (Menyerupai Makhluk): Istiwa' Allah bukanlah duduk atau bersemayam seperti manusia atau makhluk lainnya yang membutuhkan tempat, membutuhkan Arasy untuk menopang-Nya, atau dibatasi oleh Arasy. Allah Maha Suci dari segala penyerupaan dengan makhluk-Nya.
  • Tanpa Takyif (Menanyakan "Bagaimana"): Kaifiyah (bagaimana) Istiwa' Allah adalah perkara gaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Menanyakan "bagaimana" Allah bersemayam di Arasy adalah bid'ah, karena tidak ada dalil yang menjelaskan kaifiyahnya, dan kemampuan akal manusia sangat terbatas untuk memahami hakikat ini.
  • Tanpa Ta'thil (Meniadakan Sifat): Kita tidak boleh menolak atau menafikan sifat Istiwa' ini dengan mengatakan Allah tidak bersemayam di Arasy sama sekali, atau menafsirkannya secara majazi (metafora) menjadi 'menguasai' tanpa dasar yang kuat. Meniadakan sifat yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya adalah bentuk penyimpangan.
  • Tanpa Ta'wil (Mengubah Makna Tanpa Dalil): Kita tidak menta'wil (mengubah makna) Istiwa' menjadi 'menguasai' (istawla) atau makna lain yang menyimpang dari makna lahiriahnya, kecuali jika ada dalil syar'i yang jelas dan kuat untuk melakukannya.

Ringkasnya, kita beriman bahwa Allah bersemayam di atas Arasy sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupai makhluk, tanpa bertanya 'bagaimana', tanpa meniadakan, dan tanpa mengubah maknanya.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: "Kami beriman bahwa Allah berada di atas Arasy-Nya, di atas tujuh langit, tidak terbatas dan tidak dilingkupi." Pernyataan ini menegaskan transendensi Allah.

2. Implikasi Teologis Istiwa'

Konsep Istiwa' ini memiliki implikasi teologis yang mendalam:

  • Ketinggian dan Keagungan Allah: Istiwa' di atas Arasy menegaskan ketinggian Allah (uluw) yang mutlak, baik ketinggian zat (makhluk berada di bawah-Nya), ketinggian kekuasaan, maupun ketinggian kemuliaan-Nya. Ini menguatkan keyakinan bahwa Allah berada di atas segala-galanya.
  • Kedaulatan Mutlak: Dari Arasy-Nya, Allah mengatur seluruh urusan alam semesta. Ini adalah simbol kekuasaan dan kedaulatan-Nya yang tak terbatas, bahwa tidak ada satu pun yang luput dari kendali-Nya.
  • Transendensi Allah: Istiwa' di Arasy juga menegaskan bahwa Allah itu transenden, yaitu Maha Suci dan Maha Tinggi dari segala bentuk keterbatasan makhluk. Dia tidak membutuhkan Arasy, melainkan Arasy yang membutuhkan Dia untuk berdiri. Allah tidak dilingkupi oleh ruang atau waktu, meskipun Dia bersemayam di Arasy.
  • Penegasan Keesaan (Tauhid): Hanya Allah yang mampu bersemayam di Arasy yang agung ini dengan cara yang sempurna dan sesuai dengan keagungan-Nya. Ini menegaskan keesaan-Nya sebagai Tuhan yang tiada banding.

3. Kesalahan Pemahaman Umum

Beberapa kesalahan dalam memahami Istiwa' ala al-Arasy yang perlu dihindari antara lain:

  • Tasbih (Menyerupakan Allah dengan Makhluk): Membayangkan Allah duduk di Arasy seperti raja duduk di kursi, atau memiliki tangan, kaki, dan anggota tubuh seperti manusia. Ini adalah kekeliruan besar.
  • Takyif (Menanyakan Kaifiyah): Mencoba mencari tahu "bagaimana" Allah bersemayam di Arasy. Ini melampaui batas akal manusia dan merupakan bid'ah.
  • Ta'thil (Meniadakan Sifat): Menafikan sepenuhnya sifat Istiwa' karena takut terjebak dalam tasybih. Ini juga keliru karena menolak apa yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya.
  • Hulul (Menyatu atau Berada di Segala Tempat): Meyakini bahwa Allah menyatu dengan ciptaan-Nya atau berada di setiap tempat. Ini bertentangan dengan konsep Istiwa' dan ketinggian Allah.

Dengan memahami konsep Istiwa' ala al-Arasy dengan benar, kita dapat mengukuhkan keimanan kita kepada Allah yang Maha Tinggi, Maha Agung, dan Maha Berkuasa, tanpa terjebak dalam pemikiran yang keliru atau menyerupakan-Nya dengan makhluk.

Arasy dan Kursi: Perbedaan dan Keterkaitan

Dalam Al-Qur'an, selain Arasy, juga disebutkan 'Kursi'. Banyak orang yang seringkali mencampuradukkan atau menyamakan keduanya, padahal keduanya adalah ciptaan yang berbeda dengan ukuran dan fungsi yang berbeda pula.

1. Kursi dalam Al-Qur'an

Kursi hanya disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, yaitu dalam ayat Kursi yang agung:

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al-Baqarah: 255)

Penjelasan: Ayat Kursi adalah ayat teragung dalam Al-Qur'an, yang menjelaskan sifat-sifat keagungan dan kekuasaan Allah. Di dalamnya disebutkan "وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ" (Kursi-Nya meliputi langit dan bumi). Ini menunjukkan betapa luasnya Kursi, mencakup seluruh langit dan bumi.

2. Perbedaan Antara Arasy dan Kursi

Meskipun keduanya adalah ciptaan Allah yang agung dan luas, terdapat perbedaan mendasar:

  • Ukuran dan Keagungan:
    • Kursi: Meliputi langit dan bumi.
    • Arasy: Jauh lebih besar dari Kursi. Hadis yang diriwayatkan dari Abu Dzar (yang telah disebutkan sebelumnya) dengan jelas menyatakan bahwa Kursi dibandingkan Arasy hanyalah seperti cincin yang dilemparkan di padang pasir yang luas.
  • Posisi:
    • Kursi: Berada di bawah Arasy. Beberapa ulama mengatakan Kursi adalah pijakan kaki bagi Arasy.
    • Arasy: Berada di atas Kursi dan merupakan atap tertinggi dari seluruh alam semesta.
  • Penyebutan dalam Al-Qur'an:
    • Kursi: Hanya disebutkan sekali dalam Al-Qur'an.
    • Arasy: Disebutkan di banyak ayat, seringkali dikaitkan dengan Istiwa' Allah dan pengaturan urusan.

Ibn Abbas radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat Nabi dan ahli tafsir terkemuka, menjelaskan bahwa Kursi adalah tempat pijakan kaki (mawdi' al-qadamain) bagi Arasy. Ini menunjukkan bahwa Kursi adalah bagian dari Arasy atau di bawahnya, dan bukan Arasy itu sendiri.

3. Keterkaitan dan Makna Spiritual

Baik Arasy maupun Kursi adalah manifestasi dari keagungan Allah SWT:

  • Simbol Kekuasaan: Keduanya adalah simbol kekuasaan dan kedaulatan Allah yang tak terbatas atas alam semesta. Keluasan Kursi menunjukkan kekuasaan-Nya yang mencakup segala sesuatu, sementara keagungan Arasy menunjukkan ketinggian dan keutamaan-Nya di atas segalanya.
  • Memperkuat Tauhid: Dengan memahami kebesaran Arasy dan Kursi, seorang muslim akan semakin menyadari betapa kecilnya dirinya di hadapan Allah. Ini mendorong pada pengagungan, ketundukan, dan keikhlasan dalam beribadah hanya kepada Allah SWT.
  • Bukti Keberadaan Allah: Keberadaan ciptaan sebesar Arasy dan Kursi adalah bukti nyata atas keberadaan dan kebesaran Sang Pencipta yang Maha Kuasa, yang menciptakan segala sesuatu dengan hikmah dan kesempurnaan.

Membedakan antara Arasy dan Kursi adalah penting untuk pemahaman akidah yang benar, menghindari kebingungan, dan lebih mengapresiasi setiap informasi yang Allah dan Rasul-Nya berikan mengenai alam gaib.

Arasy sebagai Awal Penciptaan dan Saksi Takdir

Dalam tatanan penciptaan alam semesta, Arasy memiliki posisi yang sangat istimewa karena ia termasuk di antara ciptaan-ciptaan pertama yang Allah jadikan. Keberadaannya mendahului banyak ciptaan lain, termasuk langit, bumi, dan bahkan air yang menjadi fondasinya.

1. Arasy dan Air: Sebelum Langit dan Bumi

Sebagaimana telah disebutkan dalam hadis riwayat Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash, dan juga hadis riwayat Tirmidzi dari Ubadah bin Ash-Shamit:

"Allah telah mencatat takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, dan Arasy-Nya berada di atas air."

(HR. Muslim)

"Sesungguhnya hal pertama yang Allah ciptakan adalah Pena. Lalu Dia berfirman kepadanya: 'Tulislah!' ... Kemudian setelah itu Allah menciptakan Arasy, dan Arasy-Nya berada di atas air."

(HR. Tirmidzi)

Penjelasan: Hadis-hadis ini secara eksplisit menyebutkan bahwa Arasy sudah ada di atas air sebelum penciptaan langit dan bumi. Ini menunjukkan bahwa Arasy adalah salah satu entitas primordial yang fundamental dalam arsitektur alam semesta. Keberadaannya di atas air bisa diartikan sebagai fondasi metafisik atau spiritual bagi seluruh eksistensi. Hakikat air ini, apakah air dalam pengertian yang kita kenal atau substansi lain yang disebut air oleh Allah, adalah termasuk perkara gaib yang kita imani tanpa mempertanyakan kaifiyahnya.

2. Arasy dan Pena (Al-Qalam): Saksi Pencatatan Takdir

Hubungan antara Arasy dan Pena (Al-Qalam) juga sangat signifikan. Pena adalah ciptaan pertama yang Allah perintahkan untuk menuliskan semua takdir yang akan terjadi hingga Hari Kiamat. Arasy, yang diciptakan setelah Pena dan berada di atas air, menjadi semacam saksi agung bagi peristiwa monumental pencatatan takdir ini. Meskipun Pena yang menulis, Arasy adalah manifestasi dari ketinggian dan kekuasaan Allah yang menetapkan takdir tersebut.

Ini mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang kecil maupun besar, telah ditetapkan dan tercatat di Lauhul Mahfuz (Lembaran yang Terpelihara) yang berada di bawah pengawasan ilahi dari Arasy. Arasy menjadi simbol dari pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu dan pengaturan-Nya yang sempurna terhadap seluruh takdir.

3. Hikmah dari Urutan Penciptaan

Urutan penciptaan ini mengandung hikmah yang mendalam:

  • Kedaulatan Mutlak: Arasy sebagai simbol kedaulatan Allah, telah ada bahkan sebelum alam semesta fisik terbentuk. Ini menekankan bahwa kedaulatan Allah adalah mutlak dan abadi, tidak tergantung pada ciptaan apapun.
  • Pengaturan yang Sempurna: Pencatatan takdir oleh Pena, disaksikan oleh Arasy, menunjukkan bahwa seluruh alam semesta berjalan di atas sistem yang telah ditetapkan dengan sempurna oleh Allah, tanpa sedikit pun kekeliruan atau kebetulan.
  • Transendensi Allah: Allah menciptakan Arasy dan berada di atasnya, namun Dia tidak terikat oleh Arasy. Sebaliknya, Arasy adalah ciptaan yang berdiri karena Allah. Ini semakin menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta dan Penguasa yang transenden, tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Dengan memahami Arasy dalam konteks awal penciptaan dan hubungannya dengan takdir, kita semakin mengukuhkan keimanan kita kepada Allah sebagai Al-Khaliq (Sang Pencipta) dan Al-Mudabbir (Sang Pengatur) yang tak tertandingi.

Malaikat Pembawa Arasy: Kekuatan dan Keagungan

Malaikat adalah ciptaan Allah yang mulia, diciptakan dari cahaya, dan senantiasa taat kepada-Nya. Di antara mereka, ada golongan malaikat khusus yang memiliki tugas sangat agung: memikul Arasy Allah. Keberadaan dan kebesaran mereka disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadis, memberikan gambaran tentang kekuatan dan kemuliaan ciptaan ini.

1. Ayat Al-Qur'an tentang Malaikat Pembawa Arasy

Allah SWT berfirman dalam Surat Ghafir:

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

"(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan-nya, beriman kepada-Nya dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): 'Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala'." (QS. Ghafir: 7)

Penjelasan: Ayat ini sangat informatif. Tidak hanya menyebutkan bahwa ada malaikat yang memikul Arasy, tetapi juga menjelaskan karakteristik dan ibadah mereka: bertasbih, beriman kepada Allah, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Doa mereka ini adalah bukti rahmat Allah yang luas, di mana para malaikat yang paling mulia pun mendoakan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya di bumi. Ini juga menunjukkan kedekatan mereka dengan Allah dan betapa Arasy adalah pusat dari segala permohonan dan rahmat.

Juga dalam Surat Al-Haqqah:

وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

"Dan para malaikat (berada) di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat memikul Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (QS. Al-Haqqah: 17)

Penjelasan: Ayat ini secara spesifik menyebutkan jumlah malaikat yang memikul Arasy pada Hari Kiamat adalah delapan. Ini adalah informasi yang sangat penting, menunjukkan bahwa di hari yang dahsyat itu, ketika segala sesuatu mengalami perubahan, Arasy tetap dipikul oleh jumlah malaikat yang telah ditentukan. Jumlah malaikat pembawa Arasy ini bisa berbeda sebelum Hari Kiamat dan pada Hari Kiamat. Beberapa riwayat menyebutkan empat malaikat di dunia dan delapan pada Hari Kiamat.

2. Ukuran dan Kekuatan Malaikat Pembawa Arasy

Hadis Nabi SAW memberikan gambaran yang lebih jauh tentang kebesaran fisik malaikat-malaikat ini:

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: 'Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang salah satu malaikat pemikul Arasy. Sesungguhnya antara cuping telinganya hingga pundaknya adalah perjalanan tujuh ratus tahun.'"

(Hadis riwayat Abu Dawud)

Penjelasan: Gambaran tentang jarak antara cuping telinga hingga pundak yang setara dengan perjalanan 700 tahun menunjukkan dimensi malaikat ini yang luar biasa besar. Ini bukanlah ukuran yang bisa kita bayangkan dengan akal sehat atau bandingkan dengan makhluk di bumi. Angka 700 tahun ini mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan kebesaran yang tak terhingga, melampaui perhitungan manusia. Jika satu bagian tubuh malaikat saja begitu besar, bayangkan keseluruhan tubuhnya dan kekuatan yang dimilikinya untuk memikul Arasy yang telah kita ketahui keagungannya. Ini adalah bukti nyata dari kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk-makhluk yang sangat perkasa.

3. Peran Spiritual Malaikat Pembawa Arasy

Selain tugas fisik memikul Arasy, para malaikat ini juga memiliki peran spiritual yang penting:

  • Penghuni Langit Tertinggi: Mereka adalah malaikat-malaikat yang paling mulia dan paling dekat dengan Allah, menempati posisi di sekitar Arasy.
  • Ibadah yang Berkesinambungan: Mereka senantiasa bertasbih, memuji, dan beriman kepada Allah. Ini menunjukkan konsistensi dan kesempurnaan ibadah mereka.
  • Pendoa bagi Orang Beriman: Doa mereka untuk orang-orang beriman menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya dan juga betapa pentingnya ampunan dan perlindungan dari siksa neraka. Doa ini juga menjadi motivasi bagi kita untuk selalu bertaubat dan mengikuti jalan Allah.

Malaikat pembawa Arasy adalah bagian integral dari ciptaan Allah yang agung, yang keberadaannya dan tugasnya semakin menambah kekaguman kita terhadap Sang Pencipta. Mereka adalah manifestasi nyata dari kekuatan dan hikmah Allah dalam mengatur alam semesta ini.

Makna Spiritual dan Pelajaran dari Arasy

Keimanan terhadap Arasy Allah bukanlah sekadar pengakuan atas keberadaan sebuah entitas gaib, melainkan sebuah gerbang untuk memperoleh hikmah dan pelajaran spiritual yang mendalam. Arasy, dengan segala keagungan dan misterinya, mengundang kita untuk merenung dan meningkatkan kualitas iman.

1. Menumbuhkan Rasa Takzim dan Kekaguman kepada Allah

Mempelajari tentang Arasy yang maha agung, yang melampaui segala batas ruang dan waktu, yang dipikul oleh malaikat-malaikat perkasa, secara otomatis akan menumbuhkan rasa takzim (penghormatan yang tinggi) dan kekaguman yang luar biasa kepada Allah SWT. Jika ciptaan-Nya saja sudah sedemikian agung, bagaimana dengan Sang Pencipta itu sendiri? Ini membantu kita menyadari betapa kecil dan lemahnya kita di hadapan Kebesaran-Nya, sehingga kita semakin tunduk dan patuh.

"Tidaklah mereka mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Az-Zumar: 67)

Arasy adalah salah satu tanda kebesaran yang paling jelas yang Allah tunjukkan kepada kita untuk tujuan ini.

2. Mengukuhkan Tauhid dan Menjauhkan dari Syirik

Keimanan terhadap Arasy memperkuat konsep tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah dalam segala hal. Hanya Allah yang memiliki Arasy yang agung, dan hanya Dia yang bersemayam di atasnya dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya. Ini berarti tidak ada makhluk yang memiliki kekuasaan atau kedudukan yang setara dengan-Nya. Ini menjauhkan kita dari segala bentuk syirik, baik syirik dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (peribadatan), maupun asma wa sifat (nama dan sifat Allah).

Jika Allah adalah Pemilik Arasy yang menguasai seluruh alam, bagaimana mungkin kita menyembah selain Dia, yang bahkan tidak memiliki kekuasaan atas seekor lalat sekalipun?

3. Menyadari Kekuasaan dan Pengaturan Allah yang Sempurna

Ayat-ayat Al-Qur'an seringkali mengaitkan Arasy dengan pengaturan segala urusan oleh Allah. "ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ" (kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan). Ini memberikan ketenangan bagi orang beriman bahwa seluruh alam semesta, dengan segala kerumitannya, berada dalam kendali dan pengaturan yang sempurna dari Sang Pencipta yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Tidak ada yang luput dari pengawasan dan pengaturan-Nya.

Keyakinan ini membebaskan jiwa dari kekhawatiran yang berlebihan dan mengajarkan kita untuk berserah diri (tawakkal) kepada Allah, karena Dialah pengatur terbaik dari segala sesuatu.

4. Mendorong Ketundukan dan Ketaatan

Apabila kita menyadari bahwa kita hidup di bawah kekuasaan Pemilik Arasy yang Agung, maka rasa takut (khauf) dan harapan (raja') kepada-Nya akan semakin mendalam. Ini mendorong kita untuk senantiasa taat pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan menjadi wujud penghormatan kita kepada Raja Diraja yang memiliki singgasana tertinggi.

Bagaimana mungkin seorang hamba yang lemah menentang perintah Tuhan yang memiliki Arasy yang sedemikian rupa?

5. Sumber Harapan dan Perlindungan

Hadis tentang tujuh golongan yang dinaungi naungan Arasy di Hari Kiamat memberikan harapan besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini menunjukkan bahwa Arasy, selain sebagai simbol kekuasaan, juga merupakan sumber rahmat dan perlindungan bagi hamba-hamba-Nya yang taat. Ini memotivasi kita untuk berusaha menjadi bagian dari golongan yang mulia tersebut.

Doa para malaikat pembawa Arasy yang memohonkan ampunan bagi orang beriman juga merupakan sumber harapan bahwa rahmat Allah itu sangat luas dan senantiasa mencakup hamba-hamba-Nya yang bertobat.

6. Pengingat akan Keterbatasan Akal Manusia

Misteri Arasy yang tidak dapat kita pahami kaifiyahnya sepenuhnya adalah pengingat yang kuat akan keterbatasan akal manusia. Ada hal-hal gaib yang berada di luar jangkauan pemikiran logis kita. Ini mengajarkan kerendahan hati dan pentingnya beriman kepada apa yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya, meskipun akal kita tidak sepenuhnya dapat merangkumnya. Iman menjadi lebih utama daripada akal dalam perkara gaib.

Dengan demikian, keimanan terhadap Arasy bukan sekadar teori, melainkan praktik spiritual yang mengarahkan hati, pikiran, dan perbuatan kita kepada pengagungan dan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT.

Arasy di Hari Kiamat: Naungan dan Perlindungan

Hari Kiamat adalah hari yang penuh kengerian, perhitungan, dan pembalasan. Pada hari itu, manusia akan berdiri di hadapan Allah dalam keadaan yang sangat sulit, tanpa naungan kecuali naungan Allah. Dalam konteks inilah Arasy Allah memiliki peran yang sangat penting sebagai sumber perlindungan dan keadilan.

1. Naungan Arasy di Hari yang Panas Terik

Sebagaimana telah disebutkan dalam hadis masyhur tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya..."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan: Para ulama sepakat bahwa 'naungan-Nya' yang dimaksud dalam hadis ini adalah naungan Arasy Allah. Pada Hari Kiamat, matahari akan didekatkan ke kepala manusia sejauh satu mil, dan manusia akan tenggelam dalam keringat mereka sesuai dengan kadar dosa-dosa mereka. Dalam kondisi yang sangat ekstrem ini, naungan Arasy menjadi anugerah yang sangat besar, sebuah tanda kemuliaan dan rahmat dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang saleh.

Ini bukan hanya naungan fisik, melainkan juga naungan spiritual dan perlindungan dari kengerian serta kesulitan hari tersebut. Siapa pun yang mendapatkan naungan Arasy berarti telah mendapatkan keridaan dan perlindungan langsung dari Allah SWT.

2. Arasy sebagai Pusat Keadilan Ilahi

Surat Az-Zumar ayat 75 menggambarkan para malaikat yang mengelilingi Arasy di Hari Kiamat, bertasbih dan memuji Tuhan mereka, dan kemudian "diberi putusan di antara mereka (manusia) dengan adil."

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arasy bertasbih seraya memuji Tuhan mereka; dan diberi putusan di antara mereka (manusia) dengan adil, dan diucapkan: 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam'." (QS. Az-Zumar: 75)

Penjelasan: Ayat ini menunjukkan bahwa Arasy adalah pusat di mana keadilan ilahi akan ditegakkan pada Hari Perhitungan. Dengan malaikat-malaikat yang mengagungkan Allah di sekelilingnya, putusan yang diberikan adalah putusan yang adil dan benar. Ini memberikan kepastian bagi orang-orang beriman bahwa segala amal perbuatan mereka akan dihitung dengan adil, dan tidak ada sedikit pun kezaliman yang akan terjadi. Dari puncak kekuasaan yang dilambangkan oleh Arasy, segala hak akan dikembalikan kepada pemiliknya.

3. Delapan Malaikat Pemikul Arasy

Pada Hari Kiamat, jumlah malaikat yang memikul Arasy akan menjadi delapan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Haqqah: 17. Ini menunjukkan momen yang sangat agung dan perubahan besar dalam tatanan alam semesta, di mana kekuatan Arasy akan semakin ditegaskan.

4. Makna Harapan dan Peringatan

Kehadiran Arasy di Hari Kiamat membawa makna ganda bagi orang beriman:

  • Harapan: Bagi mereka yang telah beramal saleh dan termasuk dalam golongan yang disebutkan Nabi SAW, Arasy adalah sumber harapan akan perlindungan dan rahmat Allah. Ini adalah tujuan tertinggi bagi hamba yang beriman.
  • Peringatan: Bagi mereka yang lalai dan bermaksiat, Arasy adalah pengingat akan hari yang dahsyat di mana kekuasaan Allah akan ditegakkan sepenuhnya, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi atau melarikan diri dari Hisab (perhitungan) dan Azab-Nya.

Dengan demikian, Arasy di Hari Kiamat bukan hanya sebuah konsep teologis, tetapi juga sebuah realitas yang memberikan motivasi kuat untuk mempersiapkan diri menghadapi hari yang pasti datang itu, dengan bekal iman dan amal saleh.

Menyikapi Misteri Arasy: Batasan Akal dan Keimanan

Pembahasan tentang Arasy, dengan segala keagungan dan sifat-sifatnya yang luar biasa, seringkali memunculkan banyak pertanyaan dalam benak manusia. Bagaimana mungkin sesuatu sebesar itu ada? Bagaimana Allah 'istiwa' di atasnya? Bagaimana malaikat memikulnya? Pertanyaan-pertanyaan ini wajar, namun dalam Islam, ada batasan yang jelas mengenai sejauh mana akal dapat melangkah dalam memahami perkara gaib.

1. Beriman Tanpa Bertanya "Bagaimana" (Bila Kaif)

Prinsip utama dalam menyikapi Arasy dan sifat-sifat Allah lainnya adalah beriman tanpa bertanya "bagaimana" (bila kaif). Ini adalah metodologi para ulama salaf. Mereka mengimani apa yang Allah dan Rasul-Nya beritakan, menetapkan sifat tersebut, namun tidak menyelami kaifiyah atau hakikatnya yang tidak dijelaskan. Mereka menyerahkan pengetahuan tentang kaifiyahnya sepenuhnya kepada Allah.

Alasan di balik prinsip ini adalah:

  • Keterbatasan Akal Manusia: Akal manusia diciptakan terbatas. Ia tidak mampu menjangkau hakikat Dzat dan sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna, apalagi ciptaan-Nya yang gaib seperti Arasy. Mencoba memahami dengan akal terbatas akan berujung pada tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) atau ta'thil (meniadakan sifat).
  • Tidak Ada Dalil: Al-Qur'an dan Sunnah tidak pernah menjelaskan "bagaimana" Allah 'istiwa' di Arasy, atau "bagaimana" Arasy itu sendiri dalam detail yang memungkinkan kita membayangkannya secara konkret. Jika ini adalah sesuatu yang penting untuk diketahui, pasti Allah akan menjelaskannya.
  • Menghindari Bid'ah: Menyelidiki kaifiyah sifat-sifat Allah adalah sebuah bid'ah (inovasi dalam agama) yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW maupun para sahabatnya.

Sebagaimana jawaban Imam Malik tentang Istiwa': "Istiwa' itu diketahui, kaifiyahnya tidak diketahui, beriman kepadanya wajib, dan bertanya tentangnya adalah bid'ah." Pernyataan ini menjadi pedoman utama.

2. Mengambil Pelajaran, Bukan Membayangkan Bentuk

Tujuan dari penyebutan Arasy dalam Al-Qur'an dan Hadis bukanlah untuk agar manusia membayangkan bentuk atau detailnya, melainkan untuk:

  • Meningkatkan Keimanan: Bahwa ada alam gaib yang jauh lebih besar dan agung daripada yang kita lihat.
  • Menumbuhkan Rasa Takzim: Terhadap Allah SWT yang memiliki kekuasaan sedemikian rupa.
  • Menguatkan Tauhid: Bahwa hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa.

Ketika kita membaca ayat atau hadis tentang Arasy, hendaknya fokus kita adalah pada makna keagungan dan kekuasaan Allah yang tersirat di dalamnya, bukan pada detail visual yang tidak mungkin kita jangkau.

3. Keimanan sebagai Landasan

Dalam perkara gaib, keimanan adalah landasan utama. Kita percaya karena Allah dan Rasul-Nya telah mengabarkan, bukan karena kita telah melihat atau memahami sepenuhnya. Inilah salah satu ciri khas orang beriman yang disebutkan dalam Al-Qur'an:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

"Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 3)

Mengimani Arasy adalah bagian dari beriman kepada yang gaib. Ini adalah ujian keimanan, apakah kita percaya sepenuhnya pada apa yang datang dari Allah, meskipun di luar jangkauan akal kita.

4. Berhati-hati dari Pemikiran yang Menyimpang

Dalam sejarah Islam, ada kelompok-kelompok yang menyimpang dalam memahami Arasy. Ada yang mengingkari keberadaannya, ada yang menta'wilnya secara ekstrem (mengubah maknanya menjadi sekadar kekuasaan tanpa singgasana fisik), dan ada pula yang mentasybihkannya dengan singgasana makhluk. Semua ini adalah kekeliruan yang harus dihindari.

Metode yang paling selamat adalah metode Ahlussunnah wal Jama'ah: menetapkan Arasy sebagaimana adanya, mengimani sifat Istiwa' Allah di atasnya tanpa bertanya bagaimana, tanpa menyerupakan, tanpa meniadakan, dan tanpa mengubah maknanya.

Dengan memegang teguh prinsip-prinsip ini, kita dapat menyikapi misteri Arasy dengan benar, menjadikan pengetahuan tentangnya sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, bukan sebagai sumber keraguan atau perdebatan yang tidak bermanfaat.

Kesimpulan: Keagungan Allah yang Tak Terbatas

Perjalanan kita memahami Arasy Allah adalah sebuah perjalanan spiritual yang mengantarkan kita pada samudra keagungan dan kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas. Dari pembahasan ini, kita dapat menarik beberapa poin penting:

  1. Arasy adalah Ciptaan Allah yang Paling Agung: Ia adalah singgasana yang luasnya melampaui segala batas imajinasi manusia, jauh lebih besar dari langit dan bumi, bahkan lebih besar dari Kursi. Arasy adalah atap tertinggi dari seluruh alam semesta.
  2. Dalil-dalil Kuat dari Al-Qur'an dan Sunnah: Keberadaan Arasy dan konsep 'Istiwa' Allah di atasnya disebutkan secara eksplisit dalam banyak ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang shahih. Ini menjadikannya bagian tak terpisahkan dari akidah Islam.
  3. 'Istiwa' ala al-Arasy adalah Sifat Allah: Kita mengimani bahwa Allah bersemayam di atas Arasy-Nya dengan cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, tanpa menyerupai makhluk (tasybih), tanpa bertanya 'bagaimana' (takyif), tanpa meniadakan (ta'thil), dan tanpa mengubah maknanya (ta'wil). Ini adalah prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah.
  4. Arasy Melambangkan Kekuasaan dan Kedaulatan Allah: Arasy bukan sekadar objek fisik, tetapi juga simbol sentral dari kekuasaan mutlak, kedaulatan tak terbatas, dan pengaturan sempurna Allah atas seluruh alam semesta. Dari Arasy-Nya, Dia mengatur segala urusan.
  5. Ciptaan Primordial dan Saksi Takdir: Arasy adalah salah satu ciptaan pertama, mendahului langit dan bumi, dan berada di atas air. Ia menjadi saksi bagi pencatatan takdir oleh Al-Qalam, menunjukkan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah.
  6. Dipikul oleh Malaikat Perkasa: Arasy dipikul oleh malaikat-malaikat yang ukurannya sangat besar dan jumlahnya delapan pada Hari Kiamat. Mereka senantiasa bertasbih, beriman, dan memohonkan ampun bagi orang-orang beriman.
  7. Sumber Naungan di Hari Kiamat: Di hari yang dahsyat itu, Arasy akan menjadi sumber naungan dan perlindungan bagi tujuh golongan manusia yang beramal saleh. Ia juga menjadi pusat keadilan ilahi ditegakkan.
  8. Mendorong Peningkatan Keimanan: Pemahaman tentang Arasy menumbuhkan rasa takzim, kekaguman, ketundukan, dan keyakinan akan keesaan Allah. Ia mengajarkan kerendahan hati dan pentingnya beriman kepada hal-hal gaib di luar jangkauan akal.

Pada akhirnya, Arasy adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang tak terhingga, yang melampaui segala imajinasi dan pemahaman kita. Keimanan terhadapnya adalah pengakuan atas transendensi Allah, bahwa Dia Maha Tinggi dan Maha Suci dari segala keterbatasan. Semoga kita termasuk di antara hamba-hamba-Nya yang beriman kepada Arasy dan seluruh ciptaan-Nya dengan benar, sehingga keimanan kita semakin kokoh dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Segala puji bagi Allah, Tuhan Arasy yang Agung, Pemilik segala kerajaan dan kekuasaan di langit dan di bumi. Maha Suci Dia dari segala kekurangan dan segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya.