Baptis air adalah salah satu praktik fundamental dan simbolis dalam kekristenan, yang memiliki makna mendalam bagi jutaan orang di seluruh dunia. Lebih dari sekadar ritual, ia adalah sebuah pernyataan iman, ketaatan, dan identifikasi dengan Kristus. Namun, di balik kesederhanaan tindakannya, terbentang kekayaan teologis, sejarah, dan berbagai interpretasi yang telah berkembang selama berabad-abad. Artikel ini akan membawa Anda dalam sebuah perjalanan komprehensif untuk memahami segala aspek terkait baptis air, mulai dari asal-usulnya yang alkitabiah hingga relevansinya dalam kehidupan orang percaya saat ini.
Kita akan mengupas tuntas mengapa baptis air menjadi bagian tak terpisahkan dari Injil Yesus Kristus, bagaimana praktik ini diwariskan dari zaman Yohanes Pembaptis hingga gereja mula-mula, dan apa saja makna simbolis yang terkandung di dalamnya. Berbagai metode baptisan—penyelaman, percikan, atau penuangan—akan dijelajahi bersama dengan argumen teologis yang melatarbelakangi setiap praktik. Perdebatan mengenai siapa yang seharusnya dibaptis, apakah itu bayi atau orang percaya, juga akan dibahas untuk memberikan gambaran yang utuh tentang keragaman pandangan dalam tradisi Kristen.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun baptis air adalah tindakan iman yang signifikan, ia bukanlah syarat untuk keselamatan. Keselamatan sepenuhnya adalah anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus. Namun, baptis air merupakan respons ketaatan terhadap perintah Kristus, sebuah kesaksian publik tentang pertobatan dan komitmen seseorang kepada-Nya. Ia menandai dimulainya hidup baru, penguburan dosa lama, dan kebangkitan dalam roh yang baru bersama Kristus.
Melalui artikel ini, kami berharap Anda akan memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan apresiasi yang lebih besar terhadap baptis air, bukan hanya sebagai sebuah upacara, tetapi sebagai pengalaman spiritual yang transformatif dan penanda penting dalam perjalanan iman seorang Kristen. Mari kita selami makna yang luar biasa ini bersama-sama.
Untuk memahami baptis air secara menyeluruh, kita harus kembali ke akar-akarnya yang terukir dalam narasi Alkitab, jauh sebelum pendirian gereja Kristen formal. Praktik membenamkan diri dalam air sebagai simbol pemurnian bukanlah hal yang asing dalam tradisi Yahudi, dengan berbagai ritual pencucian dan permandian (mikvah) yang digunakan untuk pemurnian ritual.
Kemunculan Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea menandai titik balik penting dalam sejarah baptisan. Yohanes datang dengan pesan yang radikal: bertobatlah, karena Kerajaan Surga sudah dekat. Ia membaptis orang banyak di Sungai Yordan sebagai tanda pertobatan mereka. Baptisannya bukan sekadar ritual pembersihan fisik, melainkan sebuah pernyataan publik tentang perubahan hati, kesediaan untuk meninggalkan dosa, dan menanti kedatangan Mesias yang dijanjikan. Ini adalah sebuah baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa (Lukas 3:3).
Yohanes sendiri bersaksi bahwa ia membaptis dengan air, tetapi ada yang akan datang setelahnya, yang lebih besar daripadanya, yang akan membaptis dengan Roh Kudus dan api (Matius 3:11; Markus 1:8; Lukas 3:16; Yohanes 1:33). Kesaksian ini menegaskan bahwa baptisan Yohanes adalah sebuah persiapan, sebuah jembatan menuju baptisan yang lebih agung yang akan diperkenalkan oleh Yesus Kristus.
Momen paling signifikan dalam sejarah baptis air adalah ketika Yesus Kristus sendiri datang kepada Yohanes untuk dibaptis (Matius 3:13-17; Markus 1:9-11; Lukas 3:21-22). Peristiwa ini adalah sebuah paradoks bagi Yohanes, yang merasa tidak layak membaptis Tuhan. Namun, Yesus menegaskan bahwa ini adalah kehendak Allah untuk menggenapi seluruh kebenaran. Dalam tindakan ini, Yesus tidak dibaptis karena dosa—karena Ia tanpa dosa—tetapi sebagai identifikasi dengan umat manusia yang berdosa, dan sebagai penanda dimulainya pelayanan publik-Nya.
Peristiwa ini juga merupakan wahyu trinitarian yang menakjubkan: Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati, dan suara Bapa terdengar dari surga yang menyatakan, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Baptisan Yesus mengesahkan praktik baptis air sebagai bagian integral dari rencana keselamatan Allah, sekaligus menjadi teladan bagi semua orang percaya.
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus memberikan Perintah Agung kepada murid-murid-Nya: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19-20). Ini adalah landasan utama mengapa baptis air menjadi praktik yang universal dalam kekristenan. Ini bukan lagi sekadar baptisan pertobatan Yohanes, melainkan baptisan murid-murid Kristus, yang dilakukan dalam nama Tritunggal Mahakudus.
Perintah ini menghubungkan baptisan dengan proses pemuridan—mengajar, membaptis, dan mengajarkan ketaatan. Ini menunjukkan bahwa baptisan adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan iman seorang yang telah memutuskan untuk mengikuti Yesus.
Kitab Kisah Para Rasul mencatat bagaimana gereja mula-mula dengan setia melaksanakan Perintah Agung ini. Pada hari Pentakosta, setelah khotbah Petrus yang penuh kuasa, sekitar tiga ribu orang bertobat dan dibaptis (Kisah Para Rasul 2:38-41). Ini menunjukkan betapa cepat dan pentingnya baptisan dalam konteks iman yang baru ditemukan.
Kisah-kisah lain seperti baptisan sida-sida Etiopia oleh Filipus (Kisah Para Rasul 8:26-40), baptisan Kornelius dan seisi rumahnya oleh Petrus (Kisah Para Rasul 10:44-48), dan baptisan Saulus (Paulus) oleh Ananias (Kisah Para Rasul 9:18), semuanya menegaskan bahwa baptisan air adalah respons langsung dan tak terpisahkan dari iman kepada Kristus. Setiap kali seseorang bertobat dan percaya, langkah selanjutnya yang alami adalah dibaptis. Ini adalah tanda ketaatan, identifikasi, dan komitmen publik.
Dari landasan alkitabiah ini, jelaslah bahwa baptis air bukanlah tradisi yang diciptakan oleh manusia, melainkan sebuah praktik yang diperintahkan oleh Yesus sendiri dan dijalankan dengan setia oleh gereja mula-mula sebagai bagian esensial dari kesaksian Injil.
Baptis air lebih dari sekadar upacara; ia adalah sebuah sakramen atau ordinansi yang sarat makna simbolis, merepresentasikan kebenaran-kebenaran rohani yang mendalam tentang keselamatan dan kehidupan orang percaya dalam Kristus. Memahami simbolisme ini akan memperkaya apresiasi kita terhadap praktik ini.
Salah satu makna paling kuat dari baptisan air, terutama yang dilakukan dengan penyelaman, adalah representasinya tentang kematian, penguburan, dan kebangkitan bersama Kristus. Rasul Paulus menjelaskan hal ini dengan indah dalam Roma 6:3-4: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus Yesus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru."
Ketika seseorang dibenamkan ke dalam air, itu melambangkan kematian terhadap kehidupan lama yang dikuasai dosa, penguburan manusia lama itu. Saat ia diangkat kembali dari air, itu melambangkan kebangkitan dalam hidup baru bersama Kristus, sebuah kehidupan yang diatur oleh Roh Kudus dan didedikasikan untuk kebenaran. Ini adalah metafora visual yang kuat tentang transformasi radikal yang terjadi saat seseorang percaya kepada Yesus.
Meskipun air baptisan secara fisik tidak membersihkan dosa (hanya darah Yesus yang dapat melakukan itu), baptis air melambangkan pembersihan rohani dari dosa. Dalam Kisah Para Rasul 22:16, Ananias berkata kepada Saulus, "Mengapa engkau masih menunda? Bangunlah, baptislah dirimu dan basuhlah dosa-dosamu sambil berseru kepada nama Tuhan!" Ungkapan "basuhlah dosa-dosamu" di sini bersifat simbolis, bukan literal. Ini menunjukkan bahwa baptisan adalah tanda eksternal dari pembersihan internal yang sudah terjadi melalui iman dan pertobatan.
Air secara universal dikenal sebagai agen pembersih. Dengan demikian, baptis air secara simbolis menyatakan bahwa dosa-dosa seseorang telah diampuni dan ia telah dimurnikan di hadapan Allah melalui karya Kristus.
Baptis air adalah sebuah pernyataan publik dan deklarasi iman yang terang-terangan. Ini adalah cara bagi seorang percaya untuk secara terbuka menyatakan kepada gereja dan dunia bahwa ia telah menempatkan imannya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini adalah pengakuan bahwa ia sekarang adalah pengikut Kristus, telah berpaling dari dosa, dan berkomitmen untuk hidup bagi-Nya.
Dengan dibaptis, seorang percaya secara aktif mengidentifikasikan dirinya dengan Kristus—dengan kematian-Nya, penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Ini berarti ia bersedia untuk dikenal sebagai milik Kristus, dan bersedia menanggung "aib" salib (jika ada) demi nama Kristus.
Selain kematian dan kebangkitan, baptis air juga menandai dimulainya babak baru dalam kehidupan seseorang. Ini adalah penanda transisi dari kehidupan yang dikuasai oleh ego dan dosa menjadi kehidupan yang diatur oleh Roh Kudus dan berpusat pada Kristus. Ini adalah "lahir baru" yang secara eksternal disimbolkan. Meskipun kelahiran baru secara rohani terjadi pada saat iman, baptisan adalah pengakuan fisik dan publik dari realitas rohani tersebut.
Ini adalah komitmen untuk hidup dalam ketaatan, untuk bertumbuh dalam kekudusan, dan untuk mengikuti teladan Kristus dalam segala hal. Baptisan adalah titik awal yang terlihat dalam perjalanan pemuridan seseorang.
Baptis air juga merupakan tanda penerimaan dan integrasi ke dalam komunitas orang percaya, yaitu Tubuh Kristus atau gereja. Meskipun Roh Kudus yang membaptis kita ke dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13), baptis air adalah langkah ketaatan yang diwajibkan bagi mereka yang menjadi bagian dari Tubuh itu di bumi. Ini adalah ritus inisiasi yang diterima secara universal dalam gereja Kristen yang menegaskan penerimaan seseorang ke dalam komunitas iman lokal dan global.
Dengan dibaptis, seorang percaya secara praktis bergabung dengan gereja, siap untuk berbagi dalam persekutuan, melayani, dan bertumbuh bersama saudara seiman lainnya. Ini adalah pernyataan bahwa ia tidak lagi sendirian dalam perjalanannya, tetapi menjadi bagian dari keluarga Allah.
Secara keseluruhan, baptis air adalah sebuah tindakan yang kaya akan makna, merangkum inti Injil dan perjalanan iman seorang Kristen. Ini adalah simbol eksternal dari perubahan internal yang radikal, sebuah deklarasi publik tentang iman dan ketaatan, serta pintu gerbang ke dalam komunitas orang percaya.
Salah satu aspek yang paling sering diperdebatkan dalam diskusi mengenai baptis air adalah metode pelaksanaannya. Tiga metode utama yang dikenal dalam kekristenan adalah penyelaman (immersion), percikan (sprinkling), dan penuangan (pouring). Setiap metode memiliki dasar teologis dan historisnya sendiri.
Penyelaman, atau baptisan dengan mencelupkan seluruh tubuh ke dalam air, adalah metode yang paling banyak diterima dan dipraktikkan oleh gereja-gereja Baptis, denominasi Kharismatik/Pentakosta, dan banyak gereja non-denominasi. Argumen utama untuk metode ini adalah:
Para penganut penyelaman percaya bahwa metode ini adalah bentuk baptisan yang paling sesuai dengan instruksi Alkitab dan paling akurat dalam menggambarkan realitas spiritual yang direpresentasikannya.
Percikan, atau baptisan dengan memercikkan air ke dahi atau kepala, adalah metode yang umum dijumpai dalam beberapa tradisi Protestan (seperti Presbiterian dan Reformed) dan Gereja Katolik Roma, terutama untuk baptisan bayi (pedobaptism). Argumen untuk metode ini meliputi:
Meskipun kata baptizo sering diartikan sebagai "mencelupkan", para pendukung percikan berpendapat bahwa dalam konteks Perjanjian Baru, kata tersebut juga dapat memiliki makna yang lebih luas tentang "pencucian" atau "pemurnian" tanpa mensyaratkan penyelaman total.
Penuangan, atau baptisan dengan menuangkan air ke dahi atau kepala, adalah metode lain yang digunakan oleh beberapa denominasi seperti Methodist, Lutheran, dan Katolik Roma (sebagai alternatif untuk percikan atau penyelaman). Argumen untuk penuangan seringkali mirip dengan argumen untuk percikan:
Dalam praktik, penuangan seringkali dianggap sebagai kompromi antara penyelaman dan percikan, mempertahankan makna "pencurahan" sambil lebih mudah diterapkan.
Meskipun ada perbedaan dalam metode, sebagian besar gereja setuju bahwa esensi baptisan adalah iman dan ketaatan kepada Kristus, bukan semata-mata pada jumlah air atau cara aplikasi air. Namun, bagi banyak orang percaya, pemilihan metode memiliki signifikansi teologis yang mendalam dan merupakan bagian integral dari pemahaman mereka tentang sakramen ini.
Perdebatan mengenai siapa yang seharusnya dibaptis merupakan salah satu perbedaan teologis paling signifikan di antara denominasi-denominasi Kristen. Secara umum, ada dua pandangan utama: baptisan percaya (believer's baptism) dan baptisan bayi (infant baptism atau pedobaptism).
Pandangan ini menyatakan bahwa hanya orang-orang yang telah mencapai usia pertanggungjawaban, dapat memahami Injil, bertobat dari dosa-dosa mereka, dan secara sadar menempatkan iman mereka kepada Yesus Kristus yang seharusnya dibaptis. Denominasi yang menganut pandangan ini termasuk gereja-gereja Baptis, sebagian besar gereja Injili, Pentakosta, Kharismatik, dan non-denominasi.
Bagi penganut baptisan percaya, baptisan adalah langkah penting setelah keselamatan pribadi, sebuah saksi eksternal dari anugerah Allah yang telah diterima melalui iman.
Pandangan ini menyatakan bahwa bayi dari orang tua Kristen juga harus dibaptis. Denominasi yang menganut pandangan ini termasuk Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Timur, Lutheran, Presbiterian, Metodis, Anglikan, dan beberapa denominasi Reformed lainnya.
Dalam baptisan bayi, orang tua atau wali biasanya membuat janji untuk membesarkan anak dalam iman Kristen, dan anak tersebut diharapkan akan mengkonfirmasi iman mereka secara pribadi di kemudian hari (melalui konfirmasi atau kredo). Baptisan bayi dilihat sebagai tanda partisipasi dalam komunitas iman dan anugerah Allah, bukan sebagai jaminan keselamatan otomatis.
Tidak ada konsensus universal di antara umat Kristen mengenai masalah ini, dan kedua pandangan memiliki argumen teologis yang kuat serta didasarkan pada interpretasi Alkitab dan tradisi. Penting untuk diingat bahwa terlepas dari perbedaan pandangan ini, yang paling penting adalah iman pribadi kepada Kristus. Baik baptisan percaya maupun baptisan bayi, ketika dilakukan dengan pemahaman dan ketulusan, sama-sama dimaksudkan untuk memuliakan Tuhan dan menyatakan kebenaran tentang anugerah-Nya.
Setelah memahami asal-usul, makna, dan metode baptisan air, penting untuk mengulas tujuan dan mengapa praktik ini sangat krusial dalam perjalanan iman seorang Kristen. Baptis air bukan sekadar sebuah ritual formalistik; ia adalah sebuah langkah yang penuh makna dan memiliki dampak rohani yang mendalam.
Tujuan utama dan yang paling mendasar dari baptis air adalah ketaatan murni terhadap perintah langsung Yesus Kristus. Dalam Amanat Agung (Matius 28:19-20), Yesus dengan jelas menginstruksikan para murid-Nya untuk membaptis semua bangsa. Bagi seorang pengikut Kristus, tidak ada alasan yang lebih kuat untuk melakukan sesuatu selain karena Tuhan sendiri yang memerintahkannya. Baptisan adalah tindakan ketaatan yang menunjukkan bahwa seorang percaya bersedia untuk mengikuti jejak-Nya dan mematuhi setiap perkataan-Nya.
Ketaatan ini bukan lahir dari kewajiban yang memberatkan, melainkan dari kasih dan rasa syukur atas keselamatan yang telah diterima. Sama seperti seorang anak yang taat kepada orang tuanya karena kasih, demikian pula orang percaya taat kepada Kristus sebagai bentuk kasih dan penghormatan.
Baptis air berfungsi sebagai tanda eksternal dari pertobatan internal dan iman kepada Yesus Kristus. Ketika seseorang dibaptis, ia secara publik mengakui bahwa ia telah bertobat dari dosa-dosanya—meninggalkan cara hidup lama—dan telah menempatkan seluruh kepercayaannya pada Kristus untuk keselamatan. Ini adalah sebuah afirmasi bahwa ia telah berpaling dari diri sendiri dan berbalik kepada Allah.
Meskipun baptisan tidak menghasilkan pertobatan atau iman, ia adalah manifestasi nyata dari keduanya. Ia mengkonfirmasi perubahan hati yang telah terjadi, sebuah kesaksian yang terlihat bagi diri sendiri, gereja, dan dunia.
Baptis air adalah deklarasi publik yang tak terbantahkan bahwa seorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan Kristus dan Injil-Nya. Ini adalah momen di mana seorang percaya secara terbuka menyatakan: "Saya milik Yesus. Saya telah mati bersama Dia terhadap dosa, dan saya telah dibangkitkan bersama Dia untuk hidup yang baru."
Di dunia yang seringkali menentang nilai-nilai Kristus, membuat pernyataan publik seperti ini membutuhkan keberanian dan komitmen. Ini adalah sebuah kesaksian yang kuat, tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri, yang memperkuat identitas baru mereka dalam Kristus.
Dalam konteks Perjanjian Baru, baptisan adalah pintu gerbang menuju keanggotaan gereja lokal dan awal dari perjalanan pemuridan yang berkelanjutan. Setelah dibaptis, seorang percaya diharapkan untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, mendalamkan imannya, dan melayani dalam komunitas orang percaya.
Ini adalah langkah inisiasi yang menyatukan seorang individu dengan Tubuh Kristus di bumi, di mana ia dapat menerima pengajaran, dukungan, dan persekutuan yang diperlukan untuk pertumbuhan rohani. Baptisan adalah pernyataan bahwa ia tidak akan berjalan sendirian, tetapi sebagai bagian dari keluarga Allah.
Penting untuk selalu menekankan bahwa baptis air bukanlah syarat untuk keselamatan. Keselamatan adalah anugerah Allah semata-mata, yang diterima melalui iman kepada Yesus Kristus saja (Efesus 2:8-9; Titus 3:5). Seorang penjahat yang bertobat di kayu salib bersama Yesus diselamatkan tanpa pernah dibaptis (Lukas 23:43). Iman adalah satu-satunya prasyarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Namun, meskipun bukan syarat keselamatan, baptis air adalah sebuah perintah dan simbol yang sangat penting. Mengabaikannya berarti mengabaikan perintah Tuhan dan kesempatan untuk memberikan kesaksian publik yang kuat. Ini adalah respons yang diharapkan dari setiap orang yang telah diselamatkan. Oleh karena itu, bagi orang percaya yang telah diselamatkan, baptisan adalah langkah ketaatan yang penting dan penuh berkat, sebuah penegasan iman mereka dan awal dari kehidupan yang didedikasikan untuk Kristus.
Secara ringkas, tujuan dan pentingnya baptis air terletak pada ketaatan kepada perintah Kristus, penanda pertobatan dan iman yang terlihat, deklarasi publik identifikasi dengan Kristus, serta langkah awal dalam perjalanan pemuridan dan keanggotaan gereja. Ia merupakan sebuah tindakan iman yang kaya makna dan vital bagi pengalaman orang percaya.
Pembahasan tentang baptis air seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai hubungannya dengan Roh Kudus. Alkitab berbicara tentang "baptisan Roh Kudus" dan "baptisan air", yang merupakan dua pengalaman yang berbeda namun saling berkaitan dalam perjalanan iman seorang Kristen. Memahami perbedaannya sangat penting untuk menghindari kebingungan.
Baptisan Air: Seperti yang telah kita bahas, ini adalah ritual eksternal yang dilakukan dengan air, melambangkan kematian terhadap dosa, penguburan manusia lama, dan kebangkitan dalam hidup baru bersama Kristus. Ini adalah kesaksian publik tentang iman dan ketaatan.
Baptisan Roh Kudus: Ini adalah pengalaman internal, spiritual, di mana Roh Kudus mengintegrasikan seorang percaya ke dalam Tubuh Kristus. Rasul Paulus menjelaskan dalam 1 Korintus 12:13, "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Ini terjadi pada saat seseorang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Roh Kudus datang untuk berdiam di dalam diri mereka, menyatukan mereka dengan Kristus dan dengan orang percaya lainnya.
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa baptisan Roh Kudus dan baptisan air adalah dua hal yang berbeda. Seseorang dibaptis dalam Roh Kudus secara otomatis ketika mereka percaya, tanpa memerlukan ritual air. Namun, baptisan air adalah respons ketaatan terhadap perintah Kristus dan kesaksian publik atas apa yang telah terjadi secara rohani.
Idealnya, kedua pengalaman ini saling melengkapi. Baptisan Roh Kudus adalah anugerah Allah yang mengaktifkan kehidupan rohani, sementara baptisan air adalah respons manusia yang taat dan simbolis. Gereja mula-mula dengan cepat membaptis dengan air mereka yang telah menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 10:47-48).
Yohanes Pembaptis sendiri telah menubuatkan bahwa Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus (Matius 3:11). Pada hari Pentakosta, nubuat ini digenapi ketika Roh Kudus dicurahkan kepada para murid (Kisah Para Rasul 2). Petrus kemudian mengaitkan baptisan air dengan janji Roh Kudus dalam khotbahnya:
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." (Kisah Para Rasul 2:38)
Ayat ini menunjukkan hubungan yang erat: pertobatan mengarah pada baptisan air untuk pengampunan dosa (sebagai tanda eksternal), yang kemudian diikuti oleh penerimaan karunia Roh Kudus. Penting untuk dipahami bahwa Roh Kudus sudah berdiam dalam diri orang percaya sebelum baptisan air, tetapi baptisan air menjadi momen di mana pengakuan publik ini disertai dengan janji nyata dari Allah.
Dalam beberapa tradisi Pentakosta dan Kharismatik, "baptisan Roh Kudus" juga merujuk pada pengalaman sekunder setelah keselamatan, di mana seorang percaya dipenuhi atau diberdayakan oleh Roh Kudus, seringkali ditandai dengan karunia-karunia rohani seperti berbahasa roh. Namun, ini berbeda dengan baptisan Roh Kudus yang Paulus bicarakan dalam 1 Korintus 12:13, yang menyatukan semua orang percaya ke dalam Tubuh Kristus.
Singkatnya, baptisan air dan baptisan Roh Kudus adalah dua hal yang berbeda. Baptisan Roh Kudus adalah pekerjaan Allah yang internal, menyatukan orang percaya dengan Kristus dan tubuh-Nya. Baptisan air adalah tindakan ketaatan eksternal oleh orang percaya, sebuah simbol dan deklarasi dari apa yang telah dilakukan Allah di dalam hati mereka. Keduanya penting dalam pengalaman Kristen, namun dengan fungsi dan makna yang berbeda.
Keputusan untuk dibaptis air adalah salah satu tonggak penting dalam kehidupan seorang Kristen. Oleh karena itu, persiapan yang matang, baik secara mental, emosional, maupun spiritual, sangat dianjurkan. Persiapan ini bukan tentang "layak" secara sempurna—karena tidak ada yang sempurna selain Kristus—tetapi tentang kesiapan hati dan pemahaman akan langkah iman yang akan diambil.
Langkah pertama dalam persiapan adalah memastikan bahwa calon baptisan memiliki pemahaman yang jelas dan benar tentang apa itu baptis air menurut Alkitab. Ini mencakup:
Gereja-gereja seringkali menyediakan kelas pra-baptisan atau sesi konseling pastoral untuk memastikan calon baptisan memiliki pemahaman dasar ini.
Baptisan air adalah deklarasi publik tentang pertobatan. Oleh karena itu, calon baptisan harus melakukan refleksi diri yang mendalam dan jujur tentang kehidupannya:
Meskipun tidak ada yang dapat mencapai kesempurnaan sebelum baptisan, penting untuk memiliki hati yang tulus untuk bertobat dan hidup dalam kekudusan. Baptisan adalah sebuah awal, bukan akhir dari proses ini.
Baptisan air haruslah menjadi keputusan pribadi dan sukarela. Ini bukan sesuatu yang dipaksakan oleh orang tua, pasangan, atau teman. Ini adalah janji pribadi antara individu dengan Tuhan.
Keputusan pribadi yang teguh ini akan menjadi fondasi yang kuat saat menghadapi tantangan dalam perjalanan iman.
Berbicara dengan pendeta, penatua, atau pemimpin rohani yang dipercaya adalah bagian penting dari persiapan. Mereka dapat:
Melalui proses persiapan ini, calon baptisan dapat mendekati baptis air dengan hati yang siap, pikiran yang jernih, dan semangat yang penuh harap, menjadikan momen ini benar-benar bermakna dan transformatif dalam hidup mereka.
Meskipun baptis air adalah praktik yang jelas dalam Alkitab dan memiliki makna yang mendalam, ada beberapa kesalahpahaman umum yang seringkali muncul. Meluruskan kesalahpahaman ini penting agar orang percaya dapat memahami baptisan dengan benar dan menghargai tempatnya yang tepat dalam perjalanan iman.
Ini adalah kesalahpahaman yang paling berbahaya dan merusak. Banyak orang keliru percaya bahwa dengan dibaptis, mereka secara otomatis akan masuk surga atau bahwa baptisan adalah prasyarat mutlak untuk keselamatan. Keyakinan ini seringkali mengabaikan ajaran Alkitab yang jelas tentang keselamatan melalui anugerah Allah oleh iman kepada Yesus Kristus saja (Efesus 2:8-9; Roma 10:9-10; Yohanes 3:16).
Klarifikasi: Baptisan air adalah hasil dan deklarasi dari keselamatan yang sudah diterima melalui iman, bukan penyebabnya. Itu adalah langkah ketaatan setelah seseorang percaya, bukan cara untuk mendapatkan keselamatan. Penjahat di kayu salib bersama Yesus diselamatkan tanpa dibaptis air (Lukas 23:43). Iman adalah satu-satunya kunci keselamatan.
Beberapa orang mungkin memandang baptisan sebagai "ceklist" yang harus dilakukan sekali dan kemudian dilupakan. Mereka mungkin menganggapnya sebagai sebuah ritual tunggal yang tidak memiliki dampak atau relevansi setelah selesai.
Klarifikasi: Meskipun baptisan air adalah peristiwa satu kali, makna simbolisnya dirancang untuk menjadi pengingat yang konstan sepanjang hidup orang percaya. Ini adalah pengingat tentang kematian terhadap dosa, penguburan manusia lama, dan kebangkitan dalam hidup baru setiap hari. Ini juga merupakan pengingat tentang komitmen yang dibuat kepada Kristus dan identifikasi dengan tubuh-Nya, gereja. Makna baptisan seharusnya terus menginspirasi dan memotivasi orang percaya untuk hidup sesuai dengan janji-janji dan identitas baru mereka.
Di sisi lain spektrum, ada pandangan yang meremehkan baptisan sebagai ritual tanpa substansi, sekadar tradisi gereja yang tidak memiliki nilai spiritual yang berarti.
Klarifikasi: Meskipun baptisan adalah tindakan fisik, ia sarat dengan makna rohani yang mendalam seperti yang telah kita bahas. Ia adalah simbol yang kuat dari pekerjaan Roh Kudus di dalam hati orang percaya, pertobatan, pengampunan dosa, dan kehidupan baru. Menganggapnya "kosong" berarti mengabaikan perintah Kristus dan simbolisme Injil yang kaya yang terkandung di dalamnya. Ini adalah tindakan ketaatan yang memuliakan Tuhan dan memperkuat iman orang percaya.
Beberapa orang mungkin berargumen bahwa karena keselamatan adalah tentang iman di dalam hati, baptisan air tidak diperlukan. Mereka berpikir, "Jika saya sudah percaya kepada Yesus, mengapa saya harus melalui ritual ini?"
Klarifikasi: Memang benar bahwa iman di dalam hati adalah yang utama. Namun, Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa baptisan air adalah sebuah perintah (Matius 28:19) dan merupakan respons ketaatan yang diharapkan dari setiap orang yang percaya. Itu adalah cara untuk menyatakan secara eksternal apa yang telah terjadi secara internal. Mengabaikan baptisan berarti mengabaikan perintah Tuhan dan kesempatan untuk memberikan kesaksian publik tentang iman. Yesus sendiri dibaptis sebagai teladan, dan gereja mula-mula segera membaptis orang-orang yang bertobat. Meskipun bukan syarat keselamatan, ia adalah langkah penting dalam perjalanan pemuridan.
Ada juga kesalahpahaman bahwa seseorang harus mencapai tingkat kekudusan atau kesempurnaan tertentu sebelum layak dibaptis. Ini dapat menunda seseorang untuk mengambil langkah iman ini karena merasa belum cukup baik.
Klarifikasi: Baptisan adalah untuk orang-orang yang telah bertobat dari dosa-dosa mereka dan menempatkan iman mereka kepada Kristus, menyadari bahwa mereka adalah orang berdosa yang membutuhkan anugerah-Nya. Ini bukan untuk orang yang sudah sempurna, melainkan untuk mereka yang ingin memulai atau melanjutkan perjalanan kekudusan mereka dalam Kristus. Kesempurnaan adalah proses seumur hidup, dan baptisan adalah awal yang publik dari perjalanan itu, bukan puncaknya.
Dengan memahami dan meluruskan kesalahpahaman ini, orang percaya dapat mendekati baptisan air dengan penghargaan yang lebih besar, menempatkannya dalam konteks yang benar sebagai sebuah tindakan ketaatan, kesaksian, dan simbol yang kaya makna dalam perjalanan iman mereka.
Momen baptis air seringkali merupakan pengalaman yang tak terlupakan dan penuh emosi bagi banyak orang percaya. Lebih dari sekadar seremoni, ia adalah titik balik yang memiliki dampak signifikan dan berkelanjutan dalam perjalanan spiritual seorang individu. Pengalaman ini bukan hanya tentang apa yang terjadi pada saat itu, tetapi juga tentang bagaimana ia membentuk dan menginspirasi kehidupan selanjutnya.
Bagi banyak orang, dibaptis adalah momen peneguhan identitas yang mendalam. Ini adalah deklarasi publik dan personal bahwa "Saya adalah milik Kristus." Sebelum baptisan, seseorang mungkin sudah percaya di dalam hati, tetapi baptisan mengukuhkannya secara visual dan komunal. Sensasi dibenamkan dalam air dan diangkat kembali memberikan representasi fisik yang kuat tentang kematian terhadap kehidupan lama dan kebangkitan ke dalam hidup baru. Ini membantu memperkuat pemahaman bahwa identitas mereka sekarang berakar dalam Kristus, bukan lagi dalam dosa atau dunia.
Pengalaman ini dapat membawa rasa damai, kebebasan, dan kepastian yang luar biasa, karena mereka telah menyatakan secara terbuka komitmen mereka kepada Tuhan dan merasakan persetujuan-Nya.
Momen baptisan juga merupakan kesaksian yang kuat, tidak hanya bagi individu yang dibaptis, tetapi juga bagi jemaat yang menyaksikannya, bahkan bagi dunia yang mungkin melihat atau mendengarnya. Bagi orang yang dibaptis, itu adalah kesempatan untuk berbagi kesaksian tentang bagaimana Kristus telah mengubah hidup mereka, menginspirasi orang lain untuk juga mempertimbangkan iman mereka.
Bagi jemaat, menyaksikan baptisan adalah pengingat yang berulang tentang kuasa Injil untuk mengubah hidup. Ini menguatkan iman mereka sendiri dan mendorong mereka untuk terus bersaksi. Momen ini seringkali diisi dengan sukacita, pujian, dan ucapan syukur.
Membuat pernyataan publik tentang iman bisa menjadi tindakan yang menakutkan, terutama di lingkungan yang tidak mendukung. Oleh karena itu, melewati baptisan air dapat menanamkan rasa berani dan memperbarui komitmen dalam hati orang percaya. Ini adalah momen di mana mereka secara sadar memilih untuk "memikul salib" mereka dan mengikuti Kristus tanpa malu.
Komitmen yang diperbarui ini seringkali menghasilkan semangat baru dalam membaca Alkitab, berdoa, dan melayani. Mereka merasa lebih berani untuk berbagi iman mereka dengan orang lain dan hidup dalam ketaatan yang lebih besar.
Baptisan adalah peristiwa komunal. Ini bukan hanya antara individu dan Tuhan, tetapi juga antara individu dan gereja. Saat seseorang dibaptis, ia diterima dan disambut ke dalam keluarga Allah yang lebih luas. Pengalaman ini dapat menciptakan ikatan persekutuan yang kuat dan memberikan rasa dukungan dari komunitas orang percaya.
Melihat jemaat bersukacita dan mendoakan mereka dapat memberikan rasa memiliki yang mendalam dan keyakinan bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan iman mereka. Ini mendorong partisipasi yang lebih aktif dalam kehidupan gereja dan pelayanan.
Baptisan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah awal yang penting. Pengalaman ini seringkali menjadi katalisator bagi pertumbuhan rohani yang lebih dalam. Setelah baptisan, banyak orang percaya merasa terdorong untuk:
Dampak baptisan air meluas jauh melampaui momen seremonial itu sendiri, membentuk kehidupan seorang percaya dalam berbagai cara, memperdalam iman mereka, dan menguatkan mereka dalam perjalanan mereka bersama Kristus.
Untuk lebih memahami signifikansi dan praktik baptis air, sangat membantu untuk meninjau beberapa studi kasus dari Alkitab. Kisah-kisah ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana baptisan air dipraktikkan dalam konteks gereja mula-mula dan bagaimana kaitannya dengan iman dan pertobatan.
Kisah Filipus dan sida-sida Etiopia adalah salah satu narasi paling jelas mengenai baptisan orang percaya dalam Perjanjian Baru. Sida-sida ini, seorang pejabat penting dari Etiopia, sedang dalam perjalanan pulang setelah beribadah di Yerusalem. Ia sedang membaca Kitab Nabi Yesaya ketika Filipus diperintahkan oleh Roh Kudus untuk mendekatinya. Filipus menjelaskan Injil kepadanya, dimulai dari bagian Yesaya yang sedang dibacanya.
Setelah mendengar kabar baik tentang Yesus, sida-sida itu merespons dengan iman. Ketika mereka melewati suatu tempat yang berair, sida-sida itu berkata, "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Filipus menjawab, "Jika engkau percaya dengan segenap hatimu, boleh." Sida-sida itu pun menjawab, "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah." (Kisah Para Rasul 8:36-37, KJV/NIV). Ini menunjukkan bahwa iman dan pengakuan iman yang jelas mendahului baptisan.
Kemudian, Filipus dan sida-sida itu "turun ke dalam air" dan Filipus membaptisnya. Setelah itu, "keduanya keluar dari air" (ayat 38-39). Detail ini sangat mendukung praktik baptisan dengan penyelaman, karena ada cukup air untuk keduanya turun dan keluar, menunjukkan penenggelaman penuh.
Pelajaran: Kisah ini menggarisbawahi bahwa baptisan adalah respons langsung dan segera terhadap iman dan pertobatan yang tulus. Ini juga memberikan contoh kuat tentang baptisan orang percaya melalui penyelaman.
Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Petrus berkhotbah kepada orang banyak di Yerusalem. Khotbahnya yang penuh kuasa menginsafkan ribuan orang akan dosa-dosa mereka dan kebutuhan mereka akan Juruselamat. Ketika mereka bertanya, "Apakah yang harus kami perbuat?" Petrus menjawab, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." (Kisah Para Rasul 2:38).
Sebagai hasilnya, "orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa" (ayat 41). Ini adalah gelombang baptisan massal pertama dalam sejarah gereja.
Pelajaran: Peristiwa ini menunjukkan bahwa baptisan air adalah respons yang diharapkan segera setelah pertobatan dan penerimaan Injil. Ini juga menunjukkan bagaimana gereja mula-mula mempraktikkan baptisan sebagai tanda penerimaan dalam komunitas orang percaya.
Kisah Saulus dari Tarsus, yang kemudian menjadi Rasul Paulus, adalah contoh dramatis tentang bagaimana baptisan mengikuti pertobatan yang radikal. Setelah pertemuannya dengan Yesus yang dibangkitkan di jalan menuju Damsyik, Saulus menjadi buta dan dibawa ke kota. Tiga hari kemudian, Ananias diperintahkan Tuhan untuk mengunjungi Saulus. Ananias menumpangkan tangan atas Saulus, dan Saulus pun dapat melihat kembali. Saat itu juga, Ananias berkata kepadanya, "Mengapa engkau masih menunda? Bangunlah, baptislah dirimu dan basuhlah dosa-dosamu sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kisah Para Rasul 22:16, diucapkan Ananias kepada Saulus).
Segera setelah itu, Saulus "bangun lalu dibaptis" (Kisah Para Rasul 9:18). Ini adalah contoh yang jelas bahwa baptisan adalah langkah ketaatan yang cepat setelah seseorang mengalami pertobatan dan iman kepada Kristus, bahkan bagi seseorang dengan masa lalu yang penuh kebencian terhadap gereja.
Pelajaran: Kisah Paulus menunjukkan kecepatan tindakan baptisan setelah pengalaman pertobatan dan iman. Ia menegaskan kembali bahwa baptisan adalah langkah langsung setelah menerima Kristus, terlepas dari masa lalu seseorang.
Kisah Kornelius adalah krusial karena ia menandai inklusi orang-orang bukan Yahudi secara penuh ke dalam gereja. Petrus berkhotbah kepada Kornelius dan keluarganya. Bahkan sebelum Petrus menyelesaikan khotbahnya, Roh Kudus turun ke atas semua yang mendengarkan firman itu. Ini mengejutkan orang-orang Yahudi yang percaya yang datang bersama Petrus, karena karunia Roh Kudus dicurahkan juga kepada bangsa-bangsa lain.
Melihat bukti nyata pekerjaan Roh Kudus, Petrus bertanya, "Dapatkah orang menolak air untuk membaptis orang-orang ini yang telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" (Kisah Para Rasul 10:47). Dan ia memerintahkan agar mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus (ayat 48).
Pelajaran: Ini menunjukkan bahwa penerimaan Roh Kudus mendahului baptisan air, namun baptisan air tetap merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Ini juga mendukung bahwa baptisan air adalah untuk semua orang percaya, tanpa memandang latar belakang etnis.
Melalui studi kasus ini, kita dapat melihat pola yang konsisten dalam Perjanjian Baru: iman dan pertobatan diikuti dengan baptisan air sebagai respons ketaatan, kesaksian publik, dan langkah awal dalam perjalanan pemuridan.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat, di mana nilai-nilai spiritual seringkali ditantang oleh rasionalisme dan individualisme, mengapa baptisan air tetap menjadi praktik yang relevan dan penting bagi orang percaya? Meskipun dunia terus berubah, kebenaran tentang baptis air dan maknanya tetap abadi.
Dunia modern ditandai oleh keanekaragaman pandangan, gaya hidup, dan identitas. Dalam konteks ini, baptisan air menjadi penanda yang jelas dan tegas tentang identitas seseorang sebagai pengikut Kristus. Ia adalah sebuah pernyataan yang berani di hadapan masyarakat bahwa "Saya bukan lagi milik dunia, tetapi saya milik Kristus."
Ini membantu orang percaya untuk mendefinisikan diri mereka sendiri di luar pengaruh budaya, tekanan sosial, atau ekspektasi keluarga. Dalam masyarakat yang semakin sekuler atau pluralistik, baptisan adalah pengakuan terbuka tentang kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Yesus Kristus.
Di era di mana "kebenaran saya" seringkali diprioritaskan di atas kebenaran objektif, baptisan air menonjol sebagai tindakan ketaatan yang otoritatif. Ini bukan ritual yang kita ciptakan sendiri, tetapi sebuah perintah yang diberikan oleh Yesus Kristus sendiri.
Melalui baptisan, orang percaya mengakui bahwa ada standar yang lebih tinggi daripada keinginan pribadi mereka, dan bahwa mereka bersedia untuk tunduk pada kehendak ilahi. Ini adalah pengingat bahwa iman Kristen didasarkan pada kebenaran objektif yang diwahyukan oleh Allah, bukan pada perasaan atau preferensi subyektif.
Meskipun kita hidup di era digital, di mana informasi menyebar dengan cepat dan kesaksian dapat dibagikan melalui berbagai platform, baptisan air tetap menjadi bentuk kesaksian yang paling otentik dan kuat secara visual. Ia adalah pernyataan publik yang tidak dapat disangkal tentang perubahan hati dan komitmen rohani.
Dalam dunia yang seringkali mencari sesuatu yang nyata dan tangkas, tindakan fisik baptisan air berbicara lebih keras daripada seribu kata. Ini adalah demonstrasi visual dari Injil yang memiliki potensi untuk menginspirasi dan menantang orang lain untuk mempertimbangkan iman mereka.
Masyarakat modern seringkali mendorong individualisme, di mana fokusnya adalah pada diri sendiri dan pencarian kebahagiaan pribadi. Baptisan air, sebaliknya, adalah tindakan yang mengintegrasikan seseorang ke dalam komunitas. Ini adalah simbol dari persatuan dengan tubuh Kristus, yaitu gereja.
Dalam baptisan, seorang individu menyatakan bahwa mereka tidak akan berjalan sendiri dalam iman, tetapi sebagai bagian dari keluarga Allah. Ini melawan arus individualisme dengan menekankan pentingnya persekutuan, dukungan, dan tanggung jawab bersama dalam gereja. Ini memperkuat ikatan antar orang percaya dan mengingatkan mereka akan panggilan kolektif mereka.
Kehidupan modern penuh dengan tantangan, godaan, dan kekecewaan. Baptisan air berfungsi sebagai pengingat yang konstan akan anugerah Allah yang mengampuni dan kuasa transformatif-Nya. Setiap kali orang percaya mengingat baptisan mereka, mereka diingatkan bahwa mereka telah mati terhadap dosa dan telah dibangkitkan dalam hidup baru.
Pengingat ini memberikan harapan, kekuatan, dan dorongan untuk terus hidup dalam kekudusan dan ketaatan, bahkan ketika menghadapi kesulitan. Ia adalah jangkar yang menahan mereka di tengah badai kehidupan modern, mengingatkan mereka akan fondasi iman mereka yang tak tergoyahkan.
Singkatnya, baptisan air tetap relevan di dunia modern karena ia memberikan penegasan identitas yang jelas, menegaskan otoritas ilahi di tengah subjektivitas, menjadi kesaksian yang kuat, memperkuat komunitas, dan berfungsi sebagai pengingat yang konstan akan anugerah dan transformasi Allah. Ia adalah praktik yang abadi, yang terus berbicara kepada hati manusia di setiap zaman.
Perjalanan kita melalui makna, sejarah, metode, dan pentingnya baptis air telah mengungkapkan kedalaman dan kekayaan praktik ini dalam kekristenan. Dari teladan Yesus Kristus sendiri, perintah-Nya kepada murid-murid, hingga pelaksanaan yang setia oleh gereja mula-mula, jelaslah bahwa baptis air bukanlah sekadar ritual sampingan, melainkan sebuah pilar fundamental dalam ekspresi iman Kristen.
Kita telah melihat bagaimana baptisan air secara indah melambangkan kebenaran-kebenaran inti Injil: kematian terhadap kehidupan lama yang dikuasai dosa, penguburan manusia lama itu, dan kebangkitan dalam hidup baru bersama Kristus melalui kuasa Roh Kudus. Ia adalah sebuah proklamasi publik yang berani tentang pertobatan, iman, dan identifikasi yang tak terpisahkan dengan Tuhan Yesus Kristus.
Meskipun ada variasi dalam metode dan perdebatan seputar siapa yang seharusnya dibaptis—baik orang percaya yang telah mengambil keputusan sadar maupun bayi yang dipersembahkan dalam perjanjian—esensi dari baptisan tetaplah sama: sebuah tanda ketaatan kepada Allah, kesaksian akan anugerah-Nya yang menyelamatkan, dan gerbang ke dalam komunitas orang percaya.
Penting untuk mengulangi bahwa baptisan air, dengan segala makna simbolis dan praktisnya, bukanlah prasyarat untuk keselamatan. Keselamatan sepenuhnya adalah anugerah Allah melalui iman yang tulus kepada Yesus Kristus saja. Namun, bagi setiap orang yang telah mengalami anugerah penyelamatan ini, baptisan air adalah respons ketaatan yang diharapkan, sebuah langkah iman yang memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan dan memperkuat identitas mereka sebagai anak-anak Allah.
Di dunia yang terus berubah, di mana identitas seringkali kabur dan nilai-nilai spiritual dipertanyakan, baptisan air tetap menjadi tindakan yang relevan dan penuh kuasa. Ia adalah sebuah pengingat yang konstan akan komitmen kita kepada Kristus, kekuatan anugerah-Nya, dan panggilan kita untuk hidup kudus di hadapan-Nya.
Bagi mereka yang telah dibaptis, biarlah ingatan akan hari itu menjadi sumber kekuatan dan inspirasi. Ingatlah janji yang telah Anda buat dan identitas baru yang telah Anda kenakan. Biarlah itu mendorong Anda untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, hidup dalam ketaatan, dan menjadi saksi yang setia bagi-Nya di mana pun Anda berada.
Bagi mereka yang telah percaya kepada Kristus tetapi belum dibaptis air, artikel ini adalah sebuah panggilan untuk refleksi yang serius. Pertimbangkanlah perintah Tuhan, teladan-Nya, dan kesaksian para orang percaya di sepanjang sejarah. Jika Anda telah menempatkan iman Anda kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan Anda memahami makna di balik baptisan, maka tidak ada yang menghalangi Anda untuk mengambil langkah iman ini. Berbicaralah dengan pemimpin rohani Anda, persiapkan hati Anda, dan alami berkat dari tindakan ketaatan yang mendalam ini.
Baptis air adalah sebuah momen sakral yang menghubungkan kita dengan sejarah iman yang panjang, dengan komunitas orang percaya di seluruh dunia, dan yang terpenting, dengan Kristus sendiri. Marilah kita menghargai dan mempraktikkannya dengan hati yang penuh sukacita dan ketaatan.